Kemudian, sentimen lain yang bisa mendongkrak kinerja IHSG yakni kondisi tingkat inflasi Indonesia yang di bawah range ideal di kisaran 2,5+-1%. Adapun inflasi tercatat sebesar 0,76% (year-on-year/YoY) pada Januari 2025.
“Ini berpeluang bagi BI untuk melakukan kebijakan pelonggaran moneter dan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin. Bagus ini untuk market kita,” kata Nafan.
Selanjutnya, kondisi yang memengaruhi IHSG adalah faktor geopolitik. “Kita melihat sebenarnya kan Trump menghendaki konflik Rusia dan Ukraina bahwasanya harus berakhir sehingga Trump bisa memprioritaskan kebijakan di dalam negerinya dalam rangka menerapkan kebijakan pro ekonomi. Sebenarnya ini bagus buat global economics,” kata dia.
Di tengah kondisi IHSG yang menunjukkan tren menurun beberapa pekan lalu, analis merekomendasikan saham-saham yang masuk dalam kategori defensive stock, seperti konsumer dan utilitas, contohnya: PGAS, trading buy TP: 1.760; ICBP, buy TP: 14.900; MYOR, buy TP: 2.830.
Kemudian, mempertimbangkan harga di pasar yang ‘terdiskon’ maka saham dari sektor keuangan hingga bahan baku menjadi menarik, seperti: MDKA, trading buy TP: 2.230, BRPT, trading buy TP: 1.000, BRIS, buy TP 3.400; BBCA, buy TP: 10.400.