Secara kinerja, UNVR mencatat penurunan kinerja keuangan hingga kuartal III-2024. Laba bersih perseroan turun 28,15% menjadi Rp3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,18 triliun.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap mengungkapkan penurunan laba Unilever disebabkan beberapa faktor seperti penurunan daya beli yang memengaruhi referensi brand tertentu dan efek boikot produk yang berlangsung sejak November 2024 masih terasa hingga sekarang.
Akibatnya, penjualan bersih Unilever turun 10,1% secara tahunan menjadi Rp27,4 triliun hingga kuartal III-2024.
Secara rinci, pendapatan domestik UNVR menurun sebesar 9,9% year-on-year (YoY) disebabkan Underlying Price Growth (UPG) negatif -4,1% dan Underlying Volume Growth (UVG) negatif -5,8%. Penurunan dalam UVG dikarenakan adanya ketidakstabilan harga dan adanya penurunan stok pelanggan di kuartal ketiga.
“Sejauh ini terjadi penurunan nyata dari penjualan kami dan juga dampak dari ketidak konsistenan harga yang agresif menyebabkan laba bersih perusahaan lebih rendah. Dibandingkan Desember 2023, kami berhasil meraih kenaikan pangsa pasar, namun lebih rendah dibanding Oktober 2023,” kata Benjie dalam paparan publik virtual, Rabu (23/10).
Di tengah kondisi bisnis yang menantang, Benjie mengatakan Unilever akan terus fokus dan dalam menciptakan pengalaman brand superior seperti kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh dengan kualitas, inovasi dan beradaptasi sambil meningkatkan efisiensi biaya.
Ia juga mengaku enggan melakukan strategi perang harga untuk memenangkan pasar.
“Perang harga bukan cara kami memenangkan pasar. Yang harus dilakukan adalah memberi pengalaman ke konsumen dengan kualitas produk kami dan harga yang terjangkau lewat berbagai promosi dan kegiatan di pasar. Kami fokus melayani konsumen,” kata dia.