Jakarta, FORTUNE - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) menyetujui penggunaan 70 persen dari total laba tahun bersih 2022 atau sekitar Rp1,65 triliun triliun sebagai dividen tunai. Hal itu berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Senin (17/4).
Jika dibandingkan dengan nilai yang dibagikan pada tahun lalu yang sebesar Rp 1,02 triliun, pembagian dividen pada tahun ini naik 61,76 persen. Hal ini mengindikasikan komitmen perseroan untuk terus memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Selain pembagian dividen, RUPST menyetujui penetapan penggunaan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun 2022 sebesar Rp2,36 triliun
sebesar 30 persen atau Rp709,45 miliar ditetapkan sebagai cadangan lainnya.
Direktur Utama SIG, Donny Arsal mengatakan, SIG akan berupaya untuk memperkuat kapabilitas Perseroan melalui inovasi produk dan layanan, penguatan jaringan distribusi dan optimalisasi fasilitas produksi, hingga peningkatan operational excellence pada aktivitas operasional termasuk inisiatif digitalisasi yang berkontribusi pada efisiensi, untuk menyasar peningkatan kinerja pada 2023.
“SIG berkomitmen untuk terus menjaga kepemimpinan pasar dan mempertahankan kinerja yang positif demi terciptanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan bernilai tambah bagi para pemegang saham,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (18/4).
Di tengah berbagai tantangan bagi industri bahan bangunan, SMGR mencatatkan peningkatan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 15,5 persen menjadi Rp2,36 triliun, dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar Rp2,047 triliun.
Capaian ini terbantu oleh strategi yang dilakukan perseroan tahun lalu antara lain melakukan pengelolaan permintaan di pasar pada level mikro dengan menerapkan pendekatan yang unik sesuai dengan karakteristik masing-masing pasar di setiap daerah yang dilayani, optimalisasi jaringan distribusi.
Perseroan juga melakukan riset dan pengembangan berkelanjutan untuk menciptakan inovasi produk baru guna merambah ceruk-ceruk pasar yang belum tergarap secara optimal atau belum pernah dimasuki, serta meningkatkan keunggulan operasional melalui modifikasi model operasi dan perbaikan proses produksi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi operasi.