Sepanjang 2021, perusahaan membukukan pendapatan Rp5,58 triliun, naik 15,52 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan eceran berkontribusi lebih dari 60 persen pendapatan perseroan diikuti kontribusi dari penjualan konsinyasi dan jasa.
Emiten ritel busana ini pun berhasil menekan beban usaha berkat optimasi biaya operasional. Perusahaan mempekerjakan staf tambahan selama peak season serta merilis proyek multitasking.
Strategi ini pun berhasil mendorong kinerja bottom line atau laba bersih perseroan pada 2021 hingga mencapai Rp912,9 miliar, membaik dibandingkan 2020 dimana perseroan mencatat rugi bersih Rp873 miliar.
Analis Mirae Sekuritas Indonesia, Christine Natasya mengatakan, laba bersih tersebut jauh di atas perkiraan Mirae dan konsensus masing-masing 166 persen dan 160 persen.
Di sisi lain, kinerja LPPF juga mulai menunjukkan pemulihan yang tercermin dari tingkat SSSG (Same Store Sales Growth) atau pertumbuhan rerata tiap toko sebesar 22,4 persen.
"Unit per transaksi meningkat ini menunjukkan kesediaan konsumen mengeluarkan lebih banyak uang per transaksi. Dengan pemulihan lalu lintas di dalam toko, kami yakin penjualan secara keseluruhan akan terus menguat," kata Christine dalam risetnya.
Di sisi lain, perusahaan juga terus melanjutkan keyakinannya dengan terus melakukan pembelian kembali saham dan pembagian dividen dengan estimasi lebih tinggi sebesar Rp500 per saham dibandingkan Rp350 per saham pada 2021.
Dnegan momentum pemulihan cukup kuat dan keyakinan perusahaan dapat menaikkan penjualan pada Lebaran tahun ini, Mirae pun meningkatkan rekomendasi LPPF ke Beli.
"Target harga baru kami ada kisaran Rp5.900 pada 2022," katanya.