Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Tangkapan layar RUPST dan RUPSLB HRTA, Rabu (31/5).

Jakarta, FORTUNE - Emiten perhiasan emas PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan menebar dividen 20 persen dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2022. Hal itu disampaikan Direktur keuangan & Direktur Independen HRTA, Ong Deny dalam paparan publik, Rabu (31/5). 

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa perseroan setiap tahunnya konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham dengan payout ratio di atas 20 persen. 

"Tahun ini sesuai dengan hasil RUPST yang telah diselenggarakan pagi tadi, HRTA akan membagikan dividen sebesar Rp12 per saham yang akan dilaksanakan pada 30 Juni 2023," katanya.

Tercatat pada 2022, HRTA menorehkan kenaikan pendapatan 32,08 persen year-on-year (yoy) mencapai Rp6,92 triliun pada sepanjang 2022, dibandingkan 2021 sebesar Rp5,24 triliun.

Kenaikan pendapatan tersebut kemudian mendorong laba bersih HRTA menjadi sebesar Rp253,52 miliar pada 2022, naik 30,70 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp193,98 miliar. 

Pada 2023, HRTA berencana meningkatkan target pendapatannya hingga 30 persen dibanding 2022. Perseroan percaya diri berkat terjalinnya kerja sama ekspor dengan India. 

“Tapi kalau dari sisi margin memang di sini akan ada trade off antara penjualan lokal dan penjualan ekspor. Dengan kami menargetkan adanya ekspor otomatis dari sisi margin net profit akan sedikit terpengaruh," katanya.

Ditopang katalis makro

Dok. Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)

Dalam kesempatan yang sama Direktur Investor Relation HRTA Thendra Crisnanda menjelaskan, bisnis HRTA tahun ini ditopang oleh katalis makro yang menguntungkan.

"Karena berbagai isu global seperti krisis geopolitik, stagflasi, krisis perbankan, dan lainnya ada agenda untuk menggunakan kembali emas sebagai underlying mata uang, ini akan mendorong harga emas ke depan jadi lebih solid," ujarnya.

Thendra menjelaskan, tren pembelian terbesar dari lembaga keuangan pada tahun 2022 berasal dari bank-bank sentral di berbagai negara di dunia. Total pembelian ini mencapai puncak tertinggi dalam 70 tahun terakhir, dengan jumlah kumulatif melebihi 1.136 ton emas, mencapai level tertinggi sejak tahun 1967.

"Jadi, outlook secara keseluruhan tidak hanya didukung dari sentimen, tapi juga ada real flow dari pembelian fisik yang dilakukan bank sentral hampir di seluruh dunia. Analis juga memperkirakan harga emas dunia tahun ini diprediksi mencapai US$2.200  hingga US$2.400 per troy ons," paparnya. 

Target pencapaian kerja sama dengan India

Editorial Team

Tonton lebih seru di