Jakarta, FORTUNE - Pasar robo-advisor diperkirakan terus tumbuh hingga US$470,91 miliar pada 2029, atau naik 600 persen dari US$61,75 miliar pada tahun lalu, menurut firma analisis data Research and Markets.
Sebuah survey platform eToro yang dilansir dari Reuters, menyebutkan sekitar setengah dari investor ritel akan menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT atau Gemini untuk memilih atau mengubah investasi dalam portofolio mereka. Sementara itu, 13 persen di antaranya telah memanfaatkan alat ini, dalam survei yang melibatkan 11.000 investor ritel di seluruh dunia.
Di Inggris, 40 persen responden survei oleh perusahaan Finder mengatakan telah menggunakan chatbot dan AI untuk saran keuangan pribadi.
“Model AI bisa sangat brilian. Risikonya muncul ketika orang-orang memberlakukan model generik seperti ChatGPT atau Gemini bola kristal (yang bisa memprediksi masa depan),” kata Direktur Pelaksana eToro di Inggris, Dan Moczulski, dilansir dari Reuters, Kamis (25/9).
Dia mengatakan solusi terbaik adalah menggunakan platform buatan AI yang secara khusus dilatih untuk menganalisis pasar.
“Model AI umum dapat salah mengutip angka dan tanggal, terlalu bergantung pada narasi yang telah ditetapkan sebelumnya, dan terlalu bergantung pada pergerakan harga masa lalu dan mencoba memprediksi masa depan,” katanya.
Salah satu contoh pengguna adalah Jeremy Leung, yang menghabiskan hampir dua dekade untuk menjadi analis perusahaan UBS. Ia menggunakan ChatGPT untuk memantau saham untuk portfolionya sejak ia kehilangan pekerjaannya di bank Swiss awal tahun ini.
“Saya tidak lagi memiliki akses Bloomberg, atau layanan data pasar semacam itu yang sangat mahal. Alat ChatGPT yang sederhana pun dapat melakukan banyak hal dan mereplikasi banyak alur kerja yang saya lakukan,” ujarnya.
Sementara itu, ChatGPT memperingatkan pihaknya tidak bisa diandalkan untuk memberikan nasihat keuangan profesional.
Menurut laman Investopedia, analisis dari Sloan Business School di Massachusetts Institute of Technology menemukan meskipun AI generatif dapat menyimulasikan logika keuangan secara realistis, model tersebut sering kali bekerja dengan cara yang tidak transparan dan tidak dapat diprediksi.
"Meskipun sarannya terdengar masuk akal, AI generatif dinilai dapat menghasilkan paduan yang tidak memiliki pengawasan regulasi," demikian petikan laporan tersebut, dikutip Kamis (25/9).