MARKET

Lembaran Baru Garuda Indonesia Usai Suspensi Dibuka

Bagaimana prospek pemulihan Garuda Indonesia 2023?

Lembaran Baru Garuda Indonesia Usai Suspensi DibukaIlustrasi Garuda Indonesia. Shutterstock/Cesc_Assawin
05 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) merosot lagi ke level auto reject bawah (ARB), Kamis (5/1), untuk kedua kalinya sejak Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka gembok suspensinya. Sahamnya terkoreksi 6,91 persen ke harga Rp175.

Melansir RTI Business, hari ini volume transaksi GIAA mencapai 13,21 juta saham. Sementara itu, nilai transaksinya mencapai Rp2,31 miliar dan frekuensi perdagangan 1.080 kali. Sepanjang hari, GIAA betah di zona merah, dengan pergerakan di rentang harga Rp175 sampai Rp183.

Kemarin, saham GIAA juga tertekan 6,93 persen ke level ARB, lalu ditutup di harga Rp188. Padahal, di awal pembukaan suspensi, saham GIAA sempat melesat 9,80 persen ke harga Rp224.

Mengapa demikian? Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji, laju saham GIAA memang masih berada di fase markdown. “Walaupun kinerja keuangan pada kuartal III 2022 telah membaik,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis.

Lebih lanjut, saham GIAA juga masih dibubuhi notasi khusus, yakni M (ada permohonan PKPU), E (ekuitas negatif), D (ada opini disclaimer dari akuntan publik, dan X (sekuritas dalam pengawasan khusus). Sebelum ini, BEI telah mengunci saham GIAA secara sementara sejak 18 Juni 2021.

Prospek pemulihan bisnis Garuda Indonesia setelah pembukaan suspensi

Layanan kargo Garuda Indonesia.
Layanan kargo Garuda Indonesia. (dok. Garuda Indonesia)

Aji menyebut, saat ini memang ada beberapa katalis yang berpotensi mendongkrak kembali kinerja Garuda Indonesia. Sebut saja: peniadaan kebijakan PPKM dan peluang kenaikan mobilitas penduduk.

Kendati begitu, juga ada sejumlah tantangan di industri penerbangan, seperti kompetisi yang memanas seiring lahirnya low cost carrier, serta biaya avtur.

Dus, menurutnya, hal terpenting bagi Garuda Indonesia saat ini adalah mengoptimalkan tingkat okupansi pesawat. Salah satunya, dengan fokus memilih rute yang sibuk atau ‘ramai’. Layanan kargo logistik pun penting bagi pemulihan kinerja. Apalagi, periode liburan datang silih berganti.

Adapun, pertumbuhan penumpang Grup Garuda Indonesia meningkat 37,05 persen (YoY) menjadi 10,49 juta hingga kuartal III 2022. Hingga akhir 2022, manajemen memperkirakan pertumbuhan trafik 30 persen.

Ia berujar, “Kedatangan jumlah turis juga mengalami peningkatan. Jadi otomatis diharapkan demand aviasi juga bisa naik.”

Kendati demikian, pertumbuhan penumpang itu belum tentu langsung terefleksi langsung pada kinerja Garuda Indonesia. Head of Equity Research BCA Sekuritas, Christopher Andre Benas mengatakan, saat ini armada Garuda masih di bawah kapasitas.

“Penumpang ada, tapi pesawat masalahnya belum ada jadi susah juga buat catch up pendapatan,” ujarnya kepada Fortune Indonesia.

Ditambah, restrukturisasi armada masih berlangsung. Salah satunya, pengembalian armada CRJ 1000. Dalam paparan publik, perseroan mengatakan itu bagian dari transformasi Garuda Indonesia dalam memperkuat fundamental operasional dengan optimalisasi utilisasi armada. Hingga akhir 2022, Garuda Indonesia telah mengoperasikan sekitar 53 armada. Pada 2023, perseroan membidik bisa mengoperasikan minimal 66 armada, di luar 6 armada yang dimiliki.

Related Topics