PDB Q2 di Atas Harapan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Q3 Naik ke 4,98%

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan PDB riil Indonesia di kuartal II 2023 tumbuh 5,17 persen (YoY). Dengan hasil di atas ekspektasi pasar, BRI Danareksa Sekuritas pun merevisi target proyeksi pertumbuhan PDB di kuartal III 2023.

Tim Riset BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto memperkirakan pertumbuhan PDB menjadi 4,98 persen (YoY), dari sebelumnya 4,93 persen di kuartal III 2023. Proyeksi pertumbuhan PDB tahunan pun naik tipis dari sebelumnya 5,00 persen menjadi 5,06 persen (YoY).

Itu didasari oleh asumsi rata-rata pertumbuhan PDB selama periode prapemilu secara historis. "Rata-rata pertumbuhan PDB di tahun normal [tanpa periode pemilu dan prapemilu] adalah 4,87 persen, sedangkan selama periode prapemilu dan pemilu masing-masing 5,42 persen dan 5,03 persen," tulis Helmy dalam risetnya, Selasa (8/8).

Ia menambahkan, studi BRI Danareksa Sekuritas menunjukkan, kegiatan terkait pemilu dapat menambahkan sekitar 0,33-0,39 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB tahunan.

"Melihat ke paruh kedua tahun ini, ekspektasi ekspansi fiskal dan dana pemilu kemungkinan besar akan mendukung konsumsi pasar secara massal," imbuhnya.

Adapun, di kuartal kedua 2023, PDB Indonesia tumbuh melampaui ekspektasi, dengan konsumsi rumah tangga yang naik 5,23 persen berkat kombinasi antara: musim hari raya serta liburan panjang dan cairnya THR. Itu berkontribusi terhadap kenaikan daya beli.

Economist, Global Markets and Treasury Departement, Asia Pacific Division di Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Abe Ryota menambahkan, permintaan domestik mampu menyeimbangi perlambatan permintaan ekspor sebesar 2,75 persen (YoY). Itu terjadi setelah pertumbuhan ekspor dua digit berturut-turut selama delapan kuartal.

"Prospek terbebani oleh penurunan permintaan global dan pertumbuhan harga komoditas yang lamban karena ekonomi Tiongkok yang lemah," kata Abe melalui riset yang dikirim kepada pers.

Ditambah lagi, tingkat pertumbuhan pinjaman bank menurun secara bertahap. Abe mencatat, jika permintaan domestik kuat, seharusnya ada permintaan dana. Namun, perusahaan-perusahaan justru tercatat menahan investasi lagi menjelang pemilu pada Februari 2024.

"[Tapi] bahkan jika permintaan dana menjelang pemilu terkoreksi jelang pemilu, itu tak akan mengubah arah pertumbuhan ekonomi begitu saja," katanya. "Justru, itu menunjukkan adanya peluang pertumbuhan investasi ketika ketidakpastin politik sudah berakhir."

Adapun, pada kuartal II 2023 ini, mulai terlihat pemulihan pada investasi dibanding kuartal sebelumnya. Abe mencatat, kali ini pembentukan modal tetap bruto naik 4,63 persen (YoY), hampir dua kali lipat dari triwulan I 2023. Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 1,39 persen. Sementara itu, konsumsi dan investasi berkontribusi 80 persen dari pertumbuhan PDB di kuartal II ini.

Meski beberapa data seperti permintaan kredit menunjukkan indikasi perlambatan ekonomi, Abe masih memandang positif prospek pertumbuhan PDB Indonesia di kisaran 5 persen.

Akan tetapi, ada banyak ketidakpastian ke depannya, seperti: efek kumulatif dari kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dan perlambatan ekonomi Cina. Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk meninjau indikator yang menilai kekuatan permintaan domestik ke depannya

"Seperti kepercayaan konsumen dan pinjaman bank yang harus terus dipantau secara ketat demi memastikan pertumbuhan ekonomi tetap pada jalurnya," imbuhnya.