Dok. Shutterstock/Ktasimar
1. Channel atau saluran
Pertama, penting untuk mengenali saluran penjualan/penawaran/promosi investasi. Apakah bentuknya perusahaan atau individu? Kredibel kah mereka?
Karena, saluran itu menjadi pintu masuk dari tawaran-tawaran investasi yang belum tentu baik. Cari tahu dulu motif dari penyedia saluran, jangan sampai Anda tergocek oleh rayuan mereka begitu saja—seperti yang terjadi pada kasus afiliator.
“Jadi kalau awal ketertarikan atau tawaran lewat media sosial, dipasarkan dengan mempertontonkan kekayaan (sebagai sinyal keberhasilan investasi) dan dilakukan oleh individu yang enggak jelas kredensialnya, maka itu sudah tiga red flags (tanda bahaya),” jelas Tigor.
2. Underlying Investment atau produk yang ditawarkan
Kedua, Anda harus mengerti produk investasi atau aset dari produk yang dijajakan itu. Semakin tinggi kompleksitasnya, maka semakin sulit dimengerti sehingga Anda harus waspada.
Contoh, FX Binary Obtions dengan produk investasi berisiko tinggi, yakni currency, derivatif, options, dan binary.
“Karena percaya enggak percaya, ternyata banyak yang enggak yakin suatu investasi bagus kalau sifatnya sederhana,” kata Tigor lalu melanjutkan, “semakin rumit investasi yang ditawarkan maka semakin memberikan justifikasi bagi iming-iming return tinggi yang ditawarkan.”
3. Structure of Investment
Singkatnya, dari sisi perdagangan, bagaimana penyelesaian transaksi, aset yang diperdagangkan, sampai penyelesaian jika ada perselisihan? Adakah peraturan yang melindungi Anda sebagai investor WNI?
Perhatikan legalitasnya di dalam negeri. Jangan sampai investasi itu hanya legal di negara asalnya, tetapi tak ada peraturan perlindungan di dalam negeri jika nanti terjadi sesuatu.
Tigor menulis, “Harga aset yang meningkat tajam tidak ada gunanya kalau tidak bisa dimiliki secara legal.”