Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi Tembus 8,18 Juta Lot
- Volume transaksi perdagangan berjangka komoditi (PBK) mencapai 8,18 juta lot, naik 5,4% dari tahun sebelumnya.
- Jumlah nasabah aktif di industri PBK mencapai 125 ribu pada Juli 2025, naik 13,3% dari bulan sebelumnya.
- Komoditas yang paling aktif diperdagangkan meliputi CPO, olein, kakao, kopi, dan emas digital. Namun masih ada komoditas strategis lain yang berpotensi besar untuk ditransaksikan.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat sepanjangJanuari hingga Juli 2025, volume transaksi perdagangan berjangka komoditi (PBK) mencapai 8,18 juta lot, meningkat 5,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,76 juta lot.
Menteri Perdagangan Budi Santoso, menyampaikan peningkatan transaksi tersebut sejalan dengan bertambahnya jumlah nasabah aktif di industri PBK. Hingga Juli 2025, jumlah nasabah aktif tercatat 125 ribu, atau melonjak 13,3 persen dibandingkan 110,3 ribu investor pada bulan Juni 2025.
"Data ini menunjukkan peluang besar pengembangan pasar PBK di dalam negeri," kata Budi dalam kegiatan Bulan Literasi PBK 2025, yang dikutip melalui keterangan resmi, Jumat (19/9).
Berdasarkan data tersebut, komoditas yang paling aktif diperdagangkan saat ini meliputi crude palm oil (CPO), olein, kakao, kopi, dan emas digital. Menurut Budi, Indonesia masih memiliki berbagai komoditas strategis lain seperti karet, kopra, nikel, batu bara, hingga produk perikanan yang berpotensi besar untuk ditransaksikan.
"Optimalisasi kontrak multilateral berbasis komoditas strategis Indonesia akan menjadi langkah penting untuk meningkatkan kinerja PBK," kata Budi.
Meski demikian, industri ini memiliki karakteristik high risk, high return. Karena itu, ia menekankan pentingnya literasi, khususnya bagi generasi muda dan mahasiswa, agar memahami dengan baik risiko sekaligus potensi dari perdagangan berjangka.
PBK merupakan instumen penting, baik untuk lindung nilai (hedging), pembentukan harga (price discovery), maupun diversifikasi investasi. PBK juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital dengan membuka akses perdagangan di sektor agrikultur, energi, dan komoditas unggulan Indonesia.
"Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi, sangat penting untuk mencetak generasi emas yang cakap PBK. Generasi cakap PBK yaitu generasi yang memahami risiko, mampu memanfaatkan peluang, serta optimistis mewujudkan Indonesia Emas 2045," pungkas dia.
