Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Konflik Rusia-Ukraina. (Shutterstock/Tomas Ragina)

Jakarta, FORTUNE – Kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina kian memanas. Hal ini dikhwatirkan turut memicul kenaikan harga komoditas, seperti minyak dunia yang perlahan-lahan mulai mendekati US$100 per barrel.

Senior Economist dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI), Fikri Permana mengatakan pemerintah harus mewaspadai dampak lonjakan harga minyak terhadap nilai impor minyak yang akan semakin tinggi. Apalagi, Indonesia merupakan net importir minyak mentah dunia. 

“Pada Januari ketika harga minyak masih di sekitar US$80-an per barel, net ekspor Indonesia itu sudah tinggal US$2 miliar, apalagi di bulan ini. Pertama, harga minyak naik dan ada larangan ekpor di tengah bulan pertama. Jadi, mungkin dampaknya akan membuat neraca dagang kita defisit,” kata Fikri kepada Fortune Indonesia, Senin (14/2).

Gangguan perdagangan dunia

Konflik Rusia dan Ukraina memang tidak berdampak langsung kepada Indonesia. Namun, kehawatiran dunia akan terjadinya perang akan mempengaruhi perdagangan dunia, serta masalah distribusi barang secara global yang akhirnya berdampak pada pemenuhan kebutuhan barang  di Indonesia.

“Kepercayaan konsumen pada pasar global akan turun, artinya konsumen akan relatif berhati-hati pada saat konsumsi. Padahal, indeks kepercayaan konsumen Indonesia baru saja pulih,” ujarnya.

Harga minyak dunia mencapai level tertinggi

Editorial Team

Tonton lebih seru di