Jakarta, FORTUNE - Mantan Gubernur Bank Sentral Afghanistan (DAB) Ajmal Ahmady memperingatkan risiko anjloknya ekonomi negara tersebut setelah kepemimpinannya diambil alih oleh Taliban.
Ia menyebut, Afghanistan berpotensi menghadapi rentetan guncangan ekonomi yang berujung pada pelemahan mata uang, inflasi yang terjadi lebih cepat, dan kontrol modal di bawah kendali Taliban.
Pada akhirnya, fenomena tersebut bakal berdampak pada kenaikan harga konsumen dan harga impor semakin mahal. "Ini akan menyakiti para masyarakat tidak mampu," tulis Ahmady dalam cuitannya di Twitter.
Menurutnya, Afghanistan bisa menghadapi risiko krisis ekonomi karena situasi tersebut. Terlebih, itu semua terjadi di tengah pandemi, kekeringan di kawasan, dan banyaknya masyarakat telantar.
“Ini situasi yang sangat menantang (bagi Afghanistan),” jelas Ahmady, dikutip dari Bloomberg, Senin (23/8).
Apakah hanya sampai di situ? Tidak. Mari simak beberapa ulasan berikut untuk mengetahui gambaran ekonomi Afghanistan saat ini.