Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun ini mencapai US$60 miliar, naik 69,78 persen secara tahunan dari capaian surplus 2021 yang menyentuh US$35,34 miliar.
“Meningkat signifikan karena didorong oleh kenaikan harga komoditas (commodity boom),” katanya dalam acara Indonesia's Economic Priorities yang disiarkan secara virtual pada kanal Youtube CSIS, Selasa (25/10).
Dia mengatakan commodity boom tahun ini lebih membawa untung kepada Indonesia dibandingkan dengan era 2011. Ini kabar baik karena surplus neraca perdagangan turut menjaga ketahanan eksternal.
Kinerja sektor eksternal yang kuat itu berhasil menopang konsumsi dan investasi secara konsisten. Dengan demikian pemerintah memproyeksikan perekonomian akan tumbuh sekitar 5,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada akhir tahun ini.
Hingga triwulan II-2022, kata Airlangga, perekonomian Indonesia berjalan dengan baik dan berhasil berbalik arah dari pandemi COVID-19 sehingga mampu tumbuh 5,44 persen secara tahunan
Selain itu, ia mengatakan berbagai lembaga internasional memiliki perkiraan yang kurang lebih serupa. Salah satunya, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen pada tahun ini, meski perekonomian global hanya tumbuh 3,2 persen secara tahunan.
"Kemudian untuk tahun 2023, IMF memproyeksikan Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen dibandingkan dengan global yang hanya mampu tumbuh 2,7 persen," ujarnya.