Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), Rahmad Pribadi, menyatakan bahwa dari alokasi awal 2,7 juta ton pupuk urea bersubsidi tahun ini, 12 kabupaten telah kehabisan stok, dan 71 kabupaten diperkirakan akan habis pada Juli 2024.
Selain itu, dari alokasi awal 2 juta ton pupuk NPK bersubsidi, 32 kabupaten sudah kehabisan, dan 88 kabupaten akan habis pada bulan yang sama.
Rahmad menjelaskan bahwa kontrak penyaluran pupuk bersubsidi antara pemerintah dengan PIHC masih berdasarkan ketersediaan anggaran, sementara alokasi di daerah sudah mengacu pada tambahan pupuk subsidi sebesar 9,55 juta ton.
"Alokasi awal ini sudah habis, dan DIPA [daftar isian pelaksana anggaran] belum mengalami perubahan," kata Rahmad dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (15/7).
Untuk memastikan kelanjutan penyaluran pupuk subsidi di berbagai daerah, diperlukan percepatan anggaran dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk tambahan pupuk subsidi yang telah disepakati.
Di sisi lain, perubahan alokasi pupuk subsidi per daerah dianggap rumit dan memakan waktu.
Pemerintah menetapkan peningkatan anggaran subsidi pupuk 2024 dari Rp26,7 triliun untuk 4,7 juta ton, menjadi Rp53,3 triliun untuk 9,55 juta ton.
"Solusinya adalah mempercepat anggaran dari Kemenkeu," ujar Rahmad.