Jakarta, FORTUNE - Menyiasati perbaikan pada sektor kesehatan dan perekonomian pada masa pandemi Covid-19, transformasi Indonesia ke arah ekonomi sirkular merupakan pilihan yang sangat mungkin diambil. Hal ini tidak hanya dapat diterapkan pada skala kecil, seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), namun juga dalam tataran industri.
Pengamat ekonomi yang juga merupakan dosen IPMI International Business School, Roy Sembel, mengungkapkan kemungkinan ini pada Fortune Indonesia. Menurutnya, di Indonesia sudah ada konsepnya, banyak contohnya, bahkan teknologi dan proyek percobaan pun sudah banyak diterapkan.
“Sudah ada banyak contoh untuk penerapannya di Indonesia, mulai dari pertanian terpadu maupun pengolahan kopi beserta limbahnya. Sekarang juga sudah banyak teknologi yang sejak awal mengelola sampah atau limbah, sehingga menjadi tidak berbahaya lagi, contohnya adalah plastik biodegradable yang sudah bisa terurai dalam tempo yang relatif tidak lama,” kata Roy kepada Fortune Indonesia, Senin (27/9).
Menurut Roy, faktor terpenting dalam penerapan ekonomi sirkular di Indonesia adalah adanya kesadaran tentang dorongan dan kerja sama dari seluruh pihak, baik itu pemerintah, institusi pendidikan, media, komunitas masyarakat, serta dunia bisnis maupun industri. “Jadi semuanya semacem pentahelix, lima pihak saling bergabung dan berkesinambungan,” ujarnya.
Lebih jauh, Roy mengatakan bahwa secara global hal ini sudah terangkum dalam daftar Sustainable Development Goals (SDGs). Kemudian, pada tataran perusahaan, daftar tujuan ini diterjemahkan dalam konsep Environment, Social, and Governance (ESG). “Ini jadi ujung tombak keberlanjutan sebuah perusahaan,” katanya.