Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi - Australia Akan Penjarakan Perusahaan yang Bayar Rendah Gaji Karyawan - Pexels/cottonbro studio

Intinya sih...

  • Pemerintah Australia mengeluarkan undang-undang baru yang mengkriminalisasi pencurian upah dengan hukuman penjara hingga 10 tahun dan denda $1,65 juta.
  • Aturan ini sebagai respons terhadap kasus pelanggaran pembayaran gaji oleh perusahaan besar seperti Woolworths, Chatime, Qantas, NAB, BHP, 7-Eleven, dan ABC.
  • Undang-undang baru ini memungkinkan pengadilan untuk menjatuhkan hukuman pidana kepada pelaku yang sengaja tidak membayar upah atau hak-hak lain kepada karyawan mereka.

Jakarta, FORTUNE – Pemerintah Australia akan menetapkan kebijakan di mana perusahaan atau pengusaha yang menggaji karyawan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) dapat dikenakan hukuman penjara hingga 10 tahun dan denda sebesar US$1,65 juta. Kebijakan ini merupakan bagian dari undang-undang baru yang mulai mengkriminalisasi pencurian upah secara nasional mulai 1 Januari 2025.

Aturan baru tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai kasus pelanggaran pembayaran gaji yang berlangsung bertahun-tahun di Australia. Skandal tersebut melibatkan sejumlah perusahaan besar seperti Woolworths, Chatime, Qantas, NAB, BHP, 7-Eleven, dan ABC.

Sebelum undang-undang ini diterapkan, badan federal yang menangani pencurian upah hanya dapat memberikan sanksi berdasarkan hukum perdata kepada perusahaan dan direksi yang melanggar. Namun, dengan diberlakukannya undang-undang baru, pelaku dapat dijatuhi hukuman pidana.

Namun, untuk menjatuhkan hukuman, pengadilan harus membuktikan bahwa pengusaha sengaja tidak membayar upah, denda yang sesuai, dana pensiun, atau hak-hak lain kepada karyawan mereka.

"Ini tidak termasuk kesalahan yang jujur," ujar juru bicara Fair Work, sebagaimana dikutip oleh ABC News pada Senin (13/1).

Bagaimana Undang-Undang Baru Diterapkan?

Perusahaan atau individu hanya dapat dituntut atas pelanggaran yang terjadi setelah undang-undang mulai berlaku. Selain itu, proses tuntutan hanya bisa diajukan oleh badan penuntutan federal setelah mendapat rujukan dari Fair Work.

Hukuman untuk individu yang terbukti bersalah adalah hingga 10 tahun penjara dan denda US$1,65 juta, sementara perusahaan dapat didenda hingga US$8,25 juta.

Daniel Victory, pengacara ketenagakerjaan, menjelaskan bahwa standar untuk memproses individu berdasarkan undang-undang baru ini cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena Fair Work sebelumnya tidak perlu membuktikan niat pelanggaran dalam sistem perdata.

"Undang-undang ini bertujuan untuk menghancurkan model bisnis yang sengaja membayar pekerja dengan upah rendah," ujarnya.

"Itu merupakan ambang batas pembuktian yang jauh lebih tinggi," tambahnya.

Victory menilai Fair Work hanya akan menangani kasus pencurian upah yang disengaja, mencolok, atau diketahui secara luas oleh publik dengan menggunakan kewenangan barunya.

"Pemerintah tidak akan, dan mungkin tidak dapat, menindak setiap kekurangan pembayaran yang disengaja," kata Victory.

Perusahaan yang melakukan praktik "pengembalian uang upah" akan menjadi target Fair Work. Skema ini sering berdampak pada pekerja migran rentan yang membutuhkan visa. Praktik tersebut memaksa pekerja untuk mengembalikan sebagian uang yang telah mereka terima secara resmi kepada atasan. Kasus ini menjadi perhatian nasional setelah skandal 7-Eleven mencuat.

Fair Work juga menyediakan perlindungan bagi pengusaha yang secara sukarela melaporkan kemungkinan pencurian upah.

"Pengusaha yang melaporkan sendiri tindakan yang dapat menjadi pelanggaran pidana kekurangan pembayaran dapat meminta untuk mengadakan perjanjian kerja sama dengan kami," demikian pernyataan dari Fair Work.

Editorial Team

EditorEkarina .
EditorArum P