Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (NFA) memproyeksikan Indonesia akan mengalami defisit beras selama sembilan bulan tahun ini karena kebutuhan beras nasional diperkirakan melampaui jumlah ketersediaan beras domestik.
"Ini angka sementara, sangat-sangat sementara. Prognosa produksi tahun ini diperkirakan mencapai 55 juta ton gabah (gabah kering giling/ GKG) atau setara 31,9 juta ton beras,” kata Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan NFA, Maino Dwi Hartono, dalam sebuah webinar, Jumat (3/3).
Dia memaparkan defisit beras dalam negeri terjadi pada Mei hingga Desember mendatang dengan jumlah yang bervariasi, dan defisit tertinggi jatuh pada Desember dengan perkiraaan 1,2 juta ton.
Pada Januari lalu, Indonesiam mengalami defisit 873.000 ton.
Defisit beras terjadi karena tiap bulan kebutuhan dalam negeri diprediksi mencapai 2,5 juta–2,6 juta ton, dengan perkiraan produksi dalam negeri bulanan berkisar 1,8 juta–2,3 juta ton.
Untuk bulan Februari–April 2023, kemungkinan besar terjadi surplus, dengan capaian tertinggi pada Maret yang diperkirakan mencapai 3,28 juta ton karena ada panen raya, yang diproyeksikan menghasilkan beras hingga 5,9 juta ton.
“Data ini tentu saja bisa berubah setiap waktu dan bulan, tergantung pada kondisi beras di lapangan. Banyak bulan yang akan mengalami defisit, dan perhatian dari pemerintah dan semua stakeholder akan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas beras,” ujarnya.