Jakarta, FORTUNE – Banyak perusahaan saat ini memutar ‘otak’ hingga lintas sektor, untuk mendorong para pekerjanya kembali melakukan work from office (WFO) atau bekerja di kantor, setelah pandemi Covid-19 menghadirkan inovasi bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) yang dinilai efektif dan efisien.
Melansir Fortune.com, banyak pemimpin perusahaan menginginkan pekerjanya kembali bekerja, setidaknya dalam model hibrida, namun mereka menghadapi penolakan dari karyawan yang sudah terbiasa dengan fleksibilitas.
CEO Work Dynamics, Neil Murray, mengatakan bahwa unit yang dipimpinnya di grup layanan real estat Jones Lang LaSalle (JLL) sampai memikirkan banyak hal, mulai dari keberlanjutan suatu ruangan hingga interaksi pekerja dengan ruangan. “Sosiolog, psikolog, antropolog. Anda mendapat masukan, dan setiap orang memiliki pendapat yang sedikit berbeda,” katanya kepada Fortune.com, seperti dikutip Kamis (27/6).
Dunia usaha kini perlu mempertimbangkan bagaimana ruang kantor mereka dapat memberikan manfaat bagi karyawan. “Anda benar-benar mengubah paradigma tersebut dan berpikir, 'Mengapa saya membutuhkan ruang jika saya dapat menjalankan bisnis saya secara virtual? Apa tujuannya?’ Kemudian Anda memerlukan masukan dari berbagai orang untuk mencoba dan memikirkan tentang psikologi tentang apa yang akan membuat orang nyaman,” ujar Murray.
Laporan baru dari JLL, ‘The Future of Real Estate’, menunjukkan temuan bahwa perusahaan kemungkinan akan lebih fokus pada dampak sosial dari ruang, dan memprioritaskan “kesehatan, keramahtamahan, dan hiburan,” kata para penulis laporan tersebut.
Namun ini tidak berarti penambahan ruang kerja yang menarik, seperti pusat kebugaran dan bioskop jadi solusi meningkatkan kehadiran di kantor.