NEWS

Inggris Siap Bekerja Sama dengan RI untuk Energi Terbarukan

Indonesia punya peran penting dalam penyediaan EBT di dunia.

Inggris Siap Bekerja Sama dengan RI untuk Energi TerbarukanTurbin angin lepas pantai. (ShutterStock_TebNad)
29 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, memuji penanganan deforestasi di Indonesia. Selain itu, ia menyatakan persetujuan dan dukungan pada beberapa kerja sama dalam menyiapkan teknologi hijau dan energi terbarukan. “Indonesia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam penanganan deforestasi” ujar Johnson dalam pertemuan bersama Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pada Kamis (28/10).

Indonesia berupaya mempercepat implementasi kerja sama RI-Inggris di berbagai bidang, salah satunya terkait teknologi hijau dan energi terbarukan. Hal ini dilakukan juga dalam kaitan Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP26) yang akan dibuka dalam waktu dekat, serta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan pada 2022.

“Banyak kerja sama yang bisa diimplementasikan segera dan diumumkan nanti pada saat kunjungan PM Boris Johnson ke Indonesia dalam rangka KTT G-20 di Bali” ujar Luhut dalam keterangan resminya.

Indonesia berperan penting mengurangi emisi gas buang

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia, Arifin Tasrif, menyampaikan bahwa Indonesia akan mengurangi emisi gas buang hingga 29% pada 2030. Bila langkah ini dilakukan bersama-sama, baik di dalam negeri maupun dengan seluruh masyarakat dunia, maka angka komitmen ini bisa ditingkatkan menjadi 41%.

Sektor energi, kata Arifin, akan sangat berperan dalam upaya menurunkan emisi gas buang di atmosfer bumi. “Indonesia sejak awal menjadi negara yang menegaskan untuk ikut serta dalam upaya pencegahan perubahan iklim,” katanya dalam acara Climate Leaders Message secara virtual (28/10).

Ia mengatakan Indonesia telah memulai upaya ini dengan mendorong penggunaan bioenergi,  penggunaan kendaraan listrik, transformasi pembangkit energi fosil menjadi pembangkit bertenaga EBT. Indonesia memiliki banyak sumber energi alternatif yang sangat berlimpah, mulai dari sinar matahari, angin, air, panas bumi, juga arus bawah air laut.

Oleh karena itu, kata Arifin, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, namun juga bisa mengekspor. “Inisiatif itu sudah kami mulai dengan 100 megawatt energi yang berasal dari matahari yang akan kami ekspor dari Pulau Bulan ke Singapura pada 2024,” ujarnya.

Solusi penangkapan karbon untuk energi fosil yang masih digunakan

Indonesia sebenarnya belum bisa sepenuhnya lepas dari penggunaan energi fosil, namun pemerintah juga tidak berhenti untuk berupaya mengurangi emisi. Untuk itu, Carbon Capture and Storage (CCS) bisa jadi salah satu solusi dalam mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik dengan tenaga yang bersumber dari batu bara.

"Kawasan ASEAN dalam beberapa hal masih bergantung pada tenaga batu bara. Situasi ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati ketika menetapkan jalan kita menuju netralitas karbon, dan upaya signifikan harus dilakukan," ujar Arifin kepada Reuters (27/10).

Teknologi penangkapan karbon sangat penting bagi strategi Indonesia untuk mencapai tujuan bersih nol emisi, dan Indonesia akan mulai menggunakannya pada 2030. Seiring dengan hal ini, Exxon Mobil Corp sedang mengembangkan CCS di seluruh Asia dan mulai untuk berdiskusi dengan negara-negara seperti Indonesia.

Related Topics