Pengertian Kebutuhan Primer, Sekunder, Tersier, dan Sifat Relatifnya
Kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, bersifat relatif.
Jakarta, FORTUNE – Kegiatan ekonomi lazim dilakukan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya untuk mencapai kesejahteraannya. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi tiga macam, yakni kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Kebutuhan hidup manusia tidak hanya sebatas kebutuhan dasar semata, dan kini sudah berkembang seiring kehidupan dan peradaban. Berikut ini, Fortune Indonesia akan menguraikan perbedaan berikut pembahasan mengenai tiga jenis penggolongan kebutuhan hidup manusia.
Kebutuhan primer
Menurut International Labour Organization (ILO), kebutuhan primer ialah kebutuhan fisik minim masyarakat, berkaitan dengan kecukupan kebutuhan pokok setiap masyarakat baik masyarakat kaya maupun miskin. Kebutuhan ini memiliki level sangat penting untuk mendukung keberlangsungan hidup manusia.
Jenis ini mutlak dipenuhi oleh semua manusia, dan kita kenal dalam rangkaian kebutuhan sandang yang berupa pakaian, pangan dalam bentuk makanan, dan papan yang berarti tempat tinggal atau rumah. Meski begitu, terdapat beberapa kebutuhan di luar tiga hal di atas yang kini juga menjadi kebutuhan primer, seperti pendidikan dan kesehatan.
Kebutuhan sekunder
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam buku Kebutuhan Dasar Manusia, menyatakan bahwa kebutuhan sekunder adalah tambahan atau pelengkap agar dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik.
Kebutuhan jenis ini juga dapat berhubungan dengan kebutuhan primer, seperti tempat tinggal adalah kebutuhan primer, namun desain dan lokasi merupakan kebutuhan sekundernya. Dalam hal ini, kebutuhan sekunder berkaitan dengan gaya hidup manusia. Sebenarnya penting, namun tidak harus dipenuhi sebagai prioritas utama.
Kebutuhan tersier
Setelah kebutuhan utama dan pelengkapnya, terdapat jenis ketiga yang berkaitan dengan kebutuhan bersifat mewah. Tujuan dari pemenuhan kebutuhan tersier ialah untuk kesenangan pribadi dan kebutuhan ini bisa juga disamakan dengan keinginan karena tidak semua orang bisa memenuhi kebutuhan tersiernya tersebut.
Menurut Arfida (2003), pemenuhan kebutuhan tersier tidak bersifat harus dan bisa dikesampingkan dengan berbagai pertimbangan, seperti prioritas lain yang lebih penting, atau kepemilikan sumber daya uang yang terbatas. Biasanya, kebutuhan tersier digunakan untuk memenuhi rasa bangga (prestige) seseorang.
Pemenuhan kebutuhan ini ini lebih bersifat untuk menjaga prestasi seseorang di tengah kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, pemenuhannya tergantung posisi dan strata ekonomi seseorang di tengah masyarakat. Adapun contoh kebutuhan tersier, misalnya perhiasan, liburan ke luar negeri, serta makan malam di restoran mewah, dan sebagainya.
Bersifat relatif
Dalam pemenuhannya, ketiga jenis kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier, dilengkapi secara bertahap. Pada dasarnya, manusia akan memenuhi dulu kebutuhan utamanya, yakni pakaian, makanan, serta tempat tinggal, apapun bentuknya.
Setelah terpenuhi, barulah orang akan memikirkan tentang bentuk kebutuhan yang lebih lengkap lagi, misalnya telepon genggam untuk melengkapi pekerjaan seseorang. Hampir tidak mungkin, seseorang memenuhi kebutuhan telepon genggam saat ia belum memiliki tempat tinggal, atau makanan yang dibutuhkan secara fisik.
Walaupun demikian, kebutuhan ini bersifat relatif, artinya pengkategoriannya tergantung seseorang yang menjalani kehidupan dengan gaya hidup tertentu. Dalam situasi tertentu, seseorang bisa mengorbankan uang makannya demi membeli sebuah telepon genggam atau baju dengan harga yang mahal. Kadang, kebutuhan pun diabaikan demi sebuah keinginan atau rasa gengsi.
Sebaliknya, bagi sebagian orang, komputer jinjing atau laptop bisa menjadi kebutuhan tersier karena memang pekerjaannya tidak terlalu membutuhkan keberadaannya. Namun, pada sebagian orang yang pekerjaannya membutuhkan fungsi laptop, maka gawai tersebut menjadi kebutuhan sekunder, bahkan primer.
Demikianlah uraian tentang tiga jenis kebutuhan hidup manusia berdasarkan intensitasnya, baik primer, sekunder, maupun tersier. Dengan mengetahui hal ini, diharapkan kita bisa semakin bijak dalam menentukan mana kebutuhan mana keinginan, sehingga apapun perihal yang kita butuhkan dapat dikelola dengan baik untuk masa depan yang lebih baik lagi.