Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi pekerjaan pandemi. (Pixabay/Comfreak)

Jakarta, FORTUNE - Bagaimana kunci memenangi perang perebutan tenaga kerja (talent war)? Apakah menawarkan fleksibilitas dapat menjadi magnet yang menarik pekerja terbaik atau justru ide buruk?

Melansir Fortune.com, CEO Humu dan mantan Chief HR Google, Laszlo Bock, mengatakan bank konvensional takut jika perusahaan teknologi membajak talenta terbaiknya. Fleksibilitas jadi salah satu poin yang dijual oleh para raksasa teknologi.

Kekhawatiran itu beralasan. Sebab beberapa survei secara konsisten menunjukkan, para pekerja jarak jauh tetap ingin bekerja secara jarak jauh. Lalu, deretan perusahaan teknologi mengabulkan itu: dari Twitter, Google, Facebook, Salesforce, hingga Spotify.

“Jika tak menawarkan kebebasan yang kandidat tuntut, talenta terbaik bahkan tak akan mempertimbangkan Anda,” begitu alasan mereka.

Nah, bagaimana jika kesimpulan tersebut salah dan malah akan menjadi bumerang bagi perusahaan di masa depan?

Bekerja Jarak Jauh Bukan Kondisi Normal Baru

Bos Goldman Sachs, David Solomon, menilai bekerja jarak jauh bukan merupakan bagian dari kenormalan baru. “Itu adalah penyimpangan yang akan kami perbaiki sesegera mungkin,” katanya, dikutip dari Fortune.com, Selasa (7/12).

JPMorgan Chase dan Morgan Stanley mengamini penilaian Solomon. Mereka ingin para karyawan kembali bekerja dari kantor.

James Morgan dari Morgan Stanley bahkan mengkritik tajam para karyawan yang masih berkeras menunaikan pekerjaan dari rumah. “Iya, mereka tak suka bepergian (untuk ke kantor), tapi lantas mengapa? Jika Anda bisa pergi (bekerja) ke restoran di New York, Anda bisa datang ke kantor,” katanya.

Apa yang Para Pekerja Cari Saat Berburu Pekerjaan?

Editorial Team

Tonton lebih seru di