Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2022 berada di level 9,54 persen atau 26,16 juta jiwa. Kepala BPS Margo Yuwono menuturkan,angka kemiskinan tersebut turun 0,17 persen dibandingkan posisi September 2021.
"Sementara kalau dibandingkan Maret 2021, angka kemiskinan kita turun sebesar 0,6 persen pada Maret tahun ini," ujarnya dalam konferensi pers Jumat (15/7).
Margo menuturkan, penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi domestik pada kuartal pertama tahun ini. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Januari-Maret tumbuh 5,01 persen year on year (yoy), tak jauh berebeda dengan pertumbuhan kuartal IV 2021 yang mencapai 5,02 persen yoy.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi, tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat masih tinggi. Pada Maret, 2019 misalnya, tingkat kemiskinan berada pada level 9,41 persen.Sementara pada September tahun yang sama berada di level 9,22 persen.
"Kita bisa melihat bahwa dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di triwulan I itu juga berpengaruh pada penurunan kemiskinan 2022. Sejalan, ekonomi membaik, kemiskinan juga mengalami penurunan. Tapi kalau kita perhatikan, tingkat kemiskinan saat Maret 2022, kalau dibandingkan sebelum pandemi masih lebih tinggi," ucapnya.
Kemudian, jika dilihat secara wilayahnya, konsentrasi penduduk miskin Indonesia masih berada di Pulau Jawa, yakni sebesar 52,96 persen. "Jadi 50 persen lebih orang miskin ada di Jawa. Dilihat jumlah orang miskinnya oitu 13,85 juta orang," terang Margo.Di luar Jawa, jumlah masyarakat miskin terbanyak kedua berada di Sumatera dengan 5,74 juta orang 21,93 persen. "Kemudian di Kalimantan itu kurang lebih 3,7 persen, kemudian 7-7,5 persen di Sulawesi, Maluku dan Papua 5,78 persen dan Bali-Nusa Tenggara 7,91 persen. Ini adalah distribusi kemiskinan di Indonesia pada Maret 2022," imbuhnya.