Jakarta, FORTUNE – Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey menilai rencana Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) yang akan memungut cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) pada semester kedua 2025 itu belum tepat waktu. Sebab, menurutnya, Indonesia masih mengalami penurunan daya beli atau konsumsi.
“Menurut kami, saat ini belum waktu yang tepat dikarenakan masyarakat Indonesia juga masih mengalami penurunan daya beli, yang berakibat pada memilah barang barang yang mereka konsumsi secara cermat,” tutur Andhika kepada Fortune Indonesia, Selasa (14/1).
Ia mengatakan bahwa Panin Sekuritas melihat sebenarnya rencana penerapan cukai MBDK ini baik untuk mencegah prevalensi penyakit tidak menular (PTM), khususnya diabetes di Tanah Air. Namun, pengenaan cukai tersebut harus diimbangi dengan baiknya eksekusi di lapangan hingga waktu yang tepat.
“Minuman berpemanis ini juga bukan suatu barang primer, sehingga akan terdampak pada pelemahan sales volume produk tersebut,” ujar Andhika.
Ia menjelaskan, negara ditargetkan akan menyerap pendapatan dari cukai MBDK sebesar Rp3,8 triliun. Pada 10 September 2024 lalu, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI telah merekomendasikan pemerintah untuk menerapkan tarif cukai MBDK minimal 2,5 persen pada 2025 dan secara bertahap hingga sebesar 20 persen.
“Hal ini berbeda dengan usulan tarif sebesar Rp1.771 per liter,” tutur Andhika.