Pada metode ini, biasanya perusahaan menentukan perkiraan buffer stock berdasarkan pengalaman penjualan pada bulan atau tahun sebelumnya.
Contoh:
Perusahaan ingin memproduksi roti sebanyak 10.000 buah dan perusahaan tersebut menginginkan buffer stock sekitar 80 persen.
Jumlah buffer stock: 10.000 x 80 persen = 8.000 buah
Maka, jumlah roti yang harus diproduksi adalah: 10.000 + 8.000 = 18.000, agar mempunyai buffer stock.
- Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata
Dalam metode ini, perhitungan buffer stock dilakukan dengan cara menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya dalam jangka waktu seminggu atau sebulan). Kemudian, hasil dari selisih tersebut dikalikan waktu yang dibutuhkan dari pesanan sampai tiba barangnya (leadtime).
Buffer Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) x Lead time
Sebagai contoh: PT. IDN Sukses memperkirakan pemakaian maksimum bahan baku per minggu sebesar 1000 kilogram, dan pemakaian rata-rata per hari pemakaian bahan baku tersebut sebesar 200 kilogram. Kemudian, lamanya lead time yang dibutuhkan adalah 2 minggu.
Jadi, jumlah buffer stock yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah: (1000 kilogram – 200 kilogram) x 2 minggu = 1600 kilogram.