NEWS

Dua Sektor Ini Picu Lonjakan Investasi Properti di Asia Pasifik

Investasi properti di Asia Pasifik melonjak 30 persen.

Dua Sektor Ini Picu Lonjakan Investasi Properti di Asia PasifikIlustrasi properti mewah di Singapura. (Shutterstock/Tavarius)
16 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Volume investasi properti di kawasan Asia Pasifik dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 naik 30 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2020. Hal ini terjadi seiring meningkatnya investasi di sejumlah aset yang masih memberikan keuntungan, seperti sektor perkantoran dan logistik. 

Dikutip dari keterangan resmi Jones Lang LaSalle (JLL), Selasa (16/11), transaksi langsung properti di Asia Pasifik selama tahun berjalan (year-to-date) mencapai US$125 miliar atau kisaran Rp1.775 triliun. Angka ini hanya kurang 6 persen dari volume transaksi pada 2019. 

Investasi di Asia Pasifik mencapai US$39,5 miliar

Berdasarkan publikasi JLL bertajuk Capital Tracker Q32021, investasi di Asia Pasifik meningkat 10 persen secara tahunan (year-on-year), nilainya mencapai US$39,5 miliar atau sekitar Rp561 triliun.

Walaupun demikian, volume transaksi turun 23 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter) seiring lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara yang berujung pembatasan aktivitas masyarakat.

CEO Capital Markets Asia Pacific JLL Stuart Crow mengatakan, interaksinya dengan klien menunjukkan daya tarik dan ketahanan pada sektor properti komersial Asia Pasifik. Meskipun ketidakpastian masih berlangsung.

"Sepanjang tahun 2021, minat investor di kawasan ini tetap tinggi seiring meningkatnya aliran modal dan volume transaksi yang mendekati level sebelum pandemi. Kami berharap ini akan berlanjut hingga kuartal keempat," ujarnya.

Investasi di sektor perkantoran dan transaksi logistik terus membaik

Pada kuartal III-2021, investasi di sektor perkantoran terus membaik dan mencapai 55 persen dari keseluruhan transaksi. Hal ini didukung stabilnya tingkat sewa dan hunian.

Perbaikan juga terjadi pada transaksi logistik yang terus meningkat dengan angka investasi pada 12 bulan terakhir mencapai 43 miliar dollar AS atau sekitar Rp611 triliun, naik US$25 miliar AS atau sekitar Rp355 triliun pada 2019.

Related Topics