Jakarta, FORTUNE - Meski masih terpusat di Jakarta, riset East Ventures menyebut daya saing digital antarprovinsi di Indonesia kini semakin merata. Ini terdorong oleh pembangunan infrastruktur yang masif dan digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Hal itu tertuang dalam Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index atau EV-DCI 2022 bertajuk 'Menuju Era Keemasan Digital Indonesia'. "Harapannya, melalui laporan tahunan EV-DCI, East Ventures telah menghadirkan informasi yang mendalam untuk seluruh stakeholder dalam memperkuat sektor digital sehingga peningkatan daya saing digital dapat semakin merata di Indonesia,” ujar Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.
Tim EV-DCI mengukur perbandingan daya saing digital 34 provinsi dan 25 kota/kabupaten di Indonesia dalam bentuk indeks. Ini terdiri dari tiga aspek utama atau sub-indeks, yaitu input, output dan penunjang. Sub-indeks input itu dari pilar pembentuk, yakni sumber daya manusia (SDM), penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta pengeluaran untuk TIK.
Sub-indeks input itu dari pilar pembentuk, yakni sumber daya manusia (SDM), penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta pengeluaran untuk TIK. Untuk sub-indeks output dibentuk oleh pilar perekonomian, kewirausahaan, produktivitas dan ketenagakerjaan. Sedangkan sub-indeks penunjang dibentuk oleh pilar infrastruktur, keuangan, serta regulasi dan kapasitas pemerintah daerah.
EV-DCI 2022 menyajikan data daya saing digital di 34 provinsi dan 25 kota/kabupaten di Indonesia. Daya saing digital di daerah-daerah di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Ini terlihat dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 35,2 yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 32,1 (2021) dan dua tahun sebelumnya, yaitu 27,9 (2020).
Panel ahli Katadata Insight Center, Mulya Amri, mengatakan bahwa peningkatan daya saing digital turut dialami di banyak provinsi di luar Pulau Jawa. “Meskipun peringkat 10 besar dengan skor EV-DCI tertinggi masih dikuasai oleh provinsi di Jawa dan Bali, provinsi-provinsi lain terus menunjukkan peningkatan daya saing yang cukup baik,” ujar Mulya Amri dalam konferensi pers peluncuran Laporan EV-DCI 2022, Senin (7/3).
Penurunan kesenjangan daya saing digital ini juga terlihat dari nilai spread yang semakin kecil. Nilai spread atau selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta 73,2) dan terendah (Papua 24,9) untuk EV-DCI 2022 yaitu 48,3, sementara pada 2021 dan 2020 masing-masing 55,6 dan 61,9. “Semakin kecil nilai spread ini menunjukkan peningkatan daya saing digital dari provinsi-provinsi di urutan menengah dan bawah,” kata Mulya.
Indikator yang menopang kenaikan skor itu, yaitu rasio desa yang mendapatkan sinyal 3G dan 4G meningkat. "Pengembangan infrastruktur digital ini salah satu perbaikan," kata Mulya.
Kemudian, digitalisasi UMKM turut mendongkrak daya saing digital. Skor kewirausahaan mendapatkan skor terkecil dalam EV-DCI 2021 yakni 13,5. "Ini membawa kekhawatiran bahwa penggunaan TIK tidak dimanfaatkan untuk berwirausaha," ujarnya.
Kini, skor kewirausahaan mencapai 23,6. “Sekarang terbukti, skor ini membaik. Digitalisasi UMKM mulai membawa banyak hasil Selain itu, daya saing digital Indonesia terdorong oleh regulasi dan kebijakan pemerintah daerah yang baik. "Semakin banyak pemerintah daerah yang mengeluarkan regulasi untuk mendukung ekonomi digital di daerahnya," kata Mulya.
Operating Partner East Ventures David F. Audy menambahkan, daya saing digital di Indonesia juga terdorong oleh tiga sektor digital yakni, e-commerce, logistik, kesehatan, dan teknologi finansial (fintech). "Empat sektor ini jadi lokomotif teknologi, dan gaet sektor lainnya," katanya.
Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Mira Tayyiba mengatakan, kementerian menyiapkan peta jalan transformasi digital 2021 hingga 2024 untuk mendorong daya saing digital.
"Fokus kami di tiga sektor utama yakni pilar pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital," katanya.