NEWS

Bio Farma Bakal Produksi Vaksin Bumn Dan Merah Putih Pada Juli 2022

Bio Farma sengaja mengembangkan dua vaksin COVID-19 berbeda.

Bio Farma Bakal Produksi Vaksin Bumn Dan Merah Putih Pada Juli 2022ANTARA FOTO/Reno Esnir
by
25 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Bio Farma (Persero) bersiap memproduksi dua jenis vaksin Covid-19 hasil dalam negeri pada tengah tahun ini. Keduanya yakni Vaksin Merah Putih dan Vaksin BUMN. Target pelaksanaan uji klinis tahap kedua terhadap kedua vaksin ini adalah April 2022.

"Jika semua lancar, Juli 2022 semua sudah bisa dapat EUA yang akan segera kami produksi secara massal di kapasitas produksi Bio Farma,” kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR yang disiarkan secara virtual, Senin (24/1), sembari mengutip akronim emergency use authorization (EUA).

Vaksin Merah Putih merupakan hasil kerja sama perseroan dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Sebaliknya, vaksin BUMN dikerjasamakan antara Bio Farma dan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat.  

Jika otoritas menyetujui vaksin tersebut, Honesti mengatakan pihaknya bakal memproduksinya secara masal. Perseroan pun telah menyiapkan kapasitas produksi hingga 250 juta dosis per tahun.

Perkembangan penelitian vaksin

Vaksin Merah Putih atau formula satu sudah melewati uji klinis tahap pertama terhadap orang dewasa dan lansia pada awal Desember 2021. Sedangkan Vaksin BUMN atau formula dua, baru akan memulai uji tahap pertama pada awal Februari 2022.

Uji klinis tahap kedua dan ketiga bagi kedua jenis vaksin tersebut ditargetkan pada April 2022 untuk kemudian mengantongi EUA pada Juli 2022.

Pelaksanaan uji klinis dalam pengembangan vaksin formula satu merupakan hasil kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, serta telah terdaftar di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut Honesti, perseroan sengaja mengembangkan dua jenis vaksin karena keduanya memiliki perbedaan, dan ada ketidakpastian keberhasilan riset selama keseluruhan proses berlangsung.  

"Untuk setiap tahapan itu pasti ada risiko kegagalannya. Pernah ada satu vaksin yang dikembangkan oleh pengembang di Jerman, pada saat selesai uji tahap tiga ternyata tidak memenuhi standar WHO dan harus mengulang dari awal," katanya.

Jika ada keterlambatan atau kegagalan pada salah satu formula tersebut, maka dapat digantikan dengan pengembangan formula yang lain.  

Kendala dalam pengembangan vaksin

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyampaikan ada kendala yang dihadapi pengembangan vaksin terutama untuk Merah Putih, contohnya pengalaman yang minim. "Jadi semua tim bekerja keras mencoba-coba karena belum pernah ada," ujarnya dalam kesempatan sama.

Selain pengalaman, Indonesia belum memiliki fasilitas uji berstandar Good Manufacturing Practices (GMP) yang dibutuhkan untuk menjamin kualitas dan keamanan produk.

Kemudian fasilitas Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3) di Indonesia, menurutnya, juga masih minim. "BRIN sedang berupaya untuk membangun fasilitas keduanya. Kami berharap dengan adanya dua fasilitas tersebut kita bisa mendorong percepatan vaksin Merah Putih, dan vaksin lainnya," katanya.

Related Topics