NEWS

Lama Tak terdengar, Begini Realisasi Proyek Pembangkit PLN 35 Ribu MW

Terjadi renegosiasi target penyelesaian.

Lama Tak terdengar, Begini Realisasi Proyek Pembangkit PLN 35 Ribu MWIlustrasi : infrastruktur penyaluran listrik milik PLN. (Dok. PLN)
by
06 July 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Proyek pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas total 35.000 megawatt (MW) masih bergulir.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan realisasi penyelesaian proyek tersebut telah mencapai 22.000–23.000 MW.

Proyek 35.000 MW sendiri sedianya dicanangkan untuk jangka waktu lima tahun. Namun, seiring perkembangannya, proyek tersebut diperpanjang menjadi 10 tahun.

"Dengan adanya renegosiasi ini, jadwalnya kami undurkan. Dari yang tadinya selesai di 2019, mundur menjadi tahun 2026," kata Darmawan di hadapan Komisi VII DPR-RI, Rabu (5/7).

Dia mengatakan perpanjangan waktu dilakukan demi memberikan ruang bagi PLN untuk kembali menyeimbangkan pasokan dan permintaan listrik. Sebab, kini PLN masih mengalami kelebihan pasokan listrik nasional tidak terlepas dari menurunnya permintaan listrik selama pandemi Covid merebak. 

Sebagai konteks, persoalan kelebihan pasokan masih menjadi masalah dalam industri kelistrikan nasional. Menurut standar PLN, margin cadangan listrik berkisar 20–40 persen. Namun, di sejumlah wilayah posisi margin cadangan listrik hingga Juni 2023 masih lebih tinggi dari patokan tersebut.

Pada wilayah Jawa–Bali, misalnya, posisi margin cadangan listrik mencapai 44 persen; dan margin cadangan pada sistem interkoneksi Kalimantan adalah 57 persen, dan Belitung 46 persen.

Salah satu cara untuk mengurangi margin sebesar itu adalah melakukan renegosiasi proyek pembangkit.

“Kami ada penundaan juga untuk masuknya ke dalam ekosistem kami agar keseimbangan antara pasokan dengan permintaan bisa kami jaga,” kata Darmawan.

Upaya naikkan permintaan listrik PLN

Dalam strategi lainnya, PLN bakal berupaya mendongkrak permintaan listrik dengan, di antaranya, memfasilitasi program diskon tambah daya, menggencarkan program elektrifikasi berbagai sektor seperti rumah tangga, agrikultur, dan kelautan, serta mendukung kebutuhan listrik dalam pengembangan kawasan industri.

“Kami mendorong permintaan listrik di Indonesia dengan menjaga momentum pertumbuhan pasca pandemi. Di tahun 2022, penjualan tumbuh 6 persen. Itu 274 twh,lebih tinggi 16,1 twh atau setara dengan penambahan revenue sekitar Rp2,2 triliun dibanding 2021. Bahkan ini lebih tinggi sekitar 10,7 twh dibanding RKAP kami, yaitu hanya sekitar 263 twh,” ujar Darmawan.

Sejumlah pembangkit masih antre

Hingga Desember tahun lalu, 415 unit pembangkit berkapasitas 16.596 Megawatt (MW) atau 47 persen dari proyek 35.000 MW telah beroperasi. 189 unit di antaranya berasal dari independent power producer (IPP), sementara 226 unit lainnya berasal dari PLN (Persero). Kemudian, 572 unit pembangkit listrik telah berkontrak dan dipastikan akan dibangun setelah mendapat pendanaan.

Pembangkit yang terbangun pada 2022, yaitu PLTU Jawa-4 unit 5 dan 6 (2x1.070 MW), PLTU Jawa Tengah (PPP) unit 1 dan 2 (2x1.000 MW), PLTGU Riau (294,7 MW), PLTMG Bangkanai FTP 2 (127,1 MW), PLTP Sokoria unit 1 (6,6 MW), PLTP Sorik Marapi FTP-2 (62,8 MW), PLTS Selayar (1,3 MW), PLTS Sangihe (1,3 MW), PLTS Medang (0,3 MW), PLTS Nusa Penida dan Terapung Waduk Nusa Penida (3,19 MW), PLTU Lontar Exp (315 MW), PLTGU Muara Tawar Add-on Blok 2 (165,75 MW), PLTU Sulsel Barru2 (123,4 MW) dan 21 unit PLTM (96,8 MW).

Sebagian besar proyek 35.000 MW rencananya akan dikerjakan oleh perusahan listrik swasta. Jumlahnya 539 unit (70,3 persen) dengan total kapasitas 24,89 GW. Sedangkan, sisa 431 unit atau 29.7 persen dengan total kapasitas 10,57 GW dibangun PLN.

Related Topics