NEWS

Neraca Dagang Surplus, Mendag: Indonesia Mampu Bertahan Saat Krisis

Surplus terjadi selama 29 bulan berturut-turut.

Neraca Dagang Surplus, Mendag: Indonesia Mampu Bertahan Saat KrisisMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan memberikan keterangan saat Sosialisasi Indonesia Retail Summit 2022 di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (14/7). (Antara FOTO/ M Risyal Hidayat).
19 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menegaskan surplus neraca perdagangan September 2022 yang mencapai US$4,99 miliar menunjukkan kemampuan ekonomi Indonesia bertahan di tengah berbagai krisis.

Surplus perdagangan September 2022 disumbang surplus perdagangan nonmigas US$7,09 miliar dan defisit perdagangan migas US$2,10 miliar. Dengan catatan surplus terbaru ini, Indonesia berhasil membukukan surplus bulanan ke-29 secara berturut-turut.

“Surplus perdagangan US$4,99 miliar ini dicatatkan di tengah sejumlah tekanan kondisi perekonomian global seperti lonjakan inflasi di sejumlah negara, konflik Rusia–Ukraina yang belum mereda, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah, serta pandemi Covid-19 yang masih belum sepenuhnya pulih,” kata Zulkifli dalam keterangannya, Rabu (19/10).

Surplus perdagangan Indonesia pada September 2022 didorong surplus dagang dengan beberapa negara mitra. Filipina mitra dagang yang menyumbangkan surplus terbesar pada US$1,13 miliar, diikuti India US$1,07 miliar, kemudian Amerika Serikat (AS) US$1,07 miliar.

Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari–September 2022 mengalami surplus US$39,87 miliar. Surplus perdagangan Januari–September 2022 ini ditopang oleh surplus nonmigas US$58,75 miliar serta defisit migas US$18,89 miliar. Angka tersebut jauh melebihi capaian surplus perdagangan 2021 yang sebesar US$35,33 Miliar.

“Meskipun harga komoditas cenderung melandai, permintaan global melemah dan terdapat ancaman resesi pada 2023, Indonesia diperkirakan masih dapat menikmati surplus neraca perdagangan di tahun ini,” ujarnya.

Ekspor pada September 2022 melemah

PEB adalah kepanjangan dari pajak ekspor barang
ilustrasi pajak ekspor barang (pexels.com/Chanaka)

Pada September 2022, total ekspor mencapai US$24,80 miliar atau turun 10,99 persen dibandingkan dengan Agustus 2022. Hal ini mengikuti pola penurunan bulanan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Ekspor tersebut didorong oleh penurunan ekspor nonmigas 10,31 persen dan ekspor migas yang turun 21,41 persen pada periode yang sama.

Ekspor September 2022 memang turun secara bulanan. Namun, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, angkanya justru mengalami peningkatan sebesar 20,28 persen. Pertumbuhan ekspor yang tinggi ini didorong oleh kenaikan signifikan pada ekspor migas 41,80 persen dan ekspor nonmigas yang tumbuh 19,26 persen secara tahunan.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan pada September 2022 terjadi karena turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global, serta turunnya ekspor produk unggulan Indonesia.

Zulkifli menyampaikan Cina, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022 dengan nilai US$10,37 miliar dan kontribusi 44,17 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.

Peningkatan pada beberapa tujuan ekspor Indonesia

Beberapa pasar utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia mengalami pertumbuhan tertinggi pada September 2022 secara bulanan: Bangladesh naik 39,22 persen, Polandia naik 30,83 persen, Spanyol naik 20,00 persen, Jerman naik 15,86 persen, dan Filipina naik 5,50 persen.

Di antara sepuluh negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022, hanya Filipina yang mengalami peningkatan secara bulanan (mom), terutama didukung oleh kenaikan ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) 15,80 persen, dan bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang nilainya cukup tinggi.

Total ekspor selama Januari–September 2022 mencapai US$219,35 miliar atau meningkat 33,49 persen dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (yoy). Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 33,21 persen yoy menjadi US$207,19 miliar, dan ekspor sektor migas yang naik 38,56 persen yoy menjadi 12,16 miliar.

“Kementerian Perdagangan optimis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga ekspor nonmigas tahun ini diharapkan dapat mencatat rekor tertinggi,” kata Zulkifli.

Related Topics