Jakarta, FORTUNE - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro meminta pemerintah mewaspadai kenaikan inflasi akibat tekanan harga komoditas global pada semester kedua tahun ini. Pasalnya, sepanjang Januari hingga Mei lalu, laju inflasi yang disebabkan komponen harga bergejolak atau volatile food telah melampaui angka inflasi secara keseluruhan yakni sebesar 6,5 persen.
Inflasi komponen tersebut juga lebih tinggi dari harga diatur pemerintah (administered price) sebesar 4,83 persen dan inflasi inti sebesar 2,58 persen.
"Yang jadi tantangan adalah outlook harga pangan global yang kemudian menekan harga pangan domestik. Jadi kedepannya di semester kedua yang kita perhatikan adalah tekanan harga pangan," ujarnya dalam video conference bertajuk Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia Kuartal-II 2022, Rabu (22/6).
Selain itu, menurut Andri, pemerintah juga perlu menaruh perhatian pada tingginya inflasi di tingkat produsen yang telah terjadi pada kuartal pertama tahun ini. Sebab, kemungkinan, hingga akhir tahun nanti kenaikan harga ditingkat produsen tersebut akan ditransmisikan ke konsumen sehingga harga barang-barang menjadi lebih mahal.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa producer price index kuartal I-2022 telah mencapai 9,06 persen, jauh lebih tinggi dari wholesale price index sebesar 3,54 persen dan consumer price index di angka 2,64 persen.
"Nah kedepan pass through ini akan kemudian meningkatkan angka inflasi di konsumen. Ini kemudian perlu disikapi oleh regulator bagaimana kemudian memastikan pass through ini tidak menimbulkan gejolak sehingga kemudian angka Inflasi menjadi melewati katakan misalnya di atas 4,5 persen di 2022 ini," terangnya.