Ilustrasi Bitcoin fisik. (Shutterstock/Kitti Suwanekkasit)
Penambangan Bitcoin kerap jadi sorotan karena dianggap tidak ramah lingkungan dan boros listrik—yang pada gilirannya, boros sumber daya seperti batu bara. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada masa depan bumi, apalagi di tengah ancaman perubahan iklim.
Namun, kini semakin banyak perusahaan pertambangan yang mencari energi bersih untuk menghasilkan aset kripto. Energi terbarukan dari gunung berapi mungkin bisa jadi solusinya karena dipandang bersih untuk menambang Bitcoin.
"Insinyur kami baru saja menginformasikan bahwa mereka menggali fasilitas baru yang akan menyediakan sekitar 95MW energi geothermal yang seratus persen bersin dan nol emisi dari gunung berapi kami," klaim sang presiden, dilansir dari Decrypt Kamis, (30/9).
Bukele juga mengatakan, perusahaan listrik milik negara El Salvador LaGeo akan menggunakan "sangat murah, 100 persen bersih, 100 persen terbarukan, 0 energi emisi dari gunung berapi kami" untuk menambang Bitcoin.
Dilansir dari Coindesk Kamis, (30/9) penambangan ini hanya mewakili sebagian kecil dari energi yang berpotensi diambil dari gunung berapi El Salvador. Beberapa situs potensial justru terletak bermil-mil jauhnya dari pusat populasi, seperti San Salvador dan San Miguel.
Untuk menghubungkan lokasi tersebut dengan jaringan listrik akan membutuhkan pembangunan infrastruktur yang luas—sebagian besar dalam kondisi yang tidak ramah. Penambang Bitcoin, sebaliknya, dapat dipasang di situs terjauh sekalipun, dan terhubung ke blockchain Bitcoin secara nirkabel.
Karena adopsi Bitcoin terus berkembang, hal ini berpotensi untuk secara radikal mengubah logika pembangkitan energi, termasuk tingkat pemanfaatan “energi terdampar” seperti gunung berapi terpencil di El Salvador.
Langkah El Salvador cukup menggambarkan, di masa depan kemungkinan penambangan kripto memanfaatkan sumber energi terbarukan yang lebih murah dan ramah lingkungan dibanding bahan bakar fosil.