Jakarta, FORTUNE - Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan telah menyiapkan proyeksi rasio antara dividen dan penyertaan modal negara (PMN) untuk 2025 bagi Menteri BUMN berikutnya.
Dia mengatakan hal tersebut dilakukan untuk membantu penerusnya mengetahui target-target yang hendak dicapai Kementerian BUMN.
"Kami juga akan memperpanjang antara stimulasi dividen dan PMN. Terus kami tarik juga sampai 2028, 2029 kalau perlu. Saat ini, ada prediksi-prediksi gitu, siapa pun nanti yang masuk tidak bener-benar blank, tapi udah bisa nuntun apa yang kita lakukan saat ini," ujarnya saat ditemui di gedung DPR, Selasa (19/3).
Erick menyatakan persiapan tersebut juga penting sebagai panduan bagi Menteri BUMN berikutnya untuk meningkatkan kontribusi BUMN ke penerimaan negara.
"Siapa pun menterinya paling tidak sudah punya catatan untuk PMN berikutnya dan dividen berikutnya. Seperti waktu saya menjabat pertama kali jadi menteri, saya sempat bingung PMN berapa, dividen berapa. Saya enggak tahu," katanya.
Dalam kurun 2020-2024, proporsi PMN vis a vis dividen BUMN adalah 45 persen berbanding 55 persen.
Berdasarkan catatan Kementerian BUMN, realisasi dan usulan PMN tunai pada kurun waktu tersebut sebesar Rp27 triliun (2020), Rp68,9 triliun (2021), Rp53,1 triliun (2022), Rp35,5 triliun 2023, Rp41,8 triliun (proyeksi 2024).
Sementara, realisasi dan usulan dividennya masing-masing Rp43,9 triliun (2020), Rp29,5 triliun (2021), Rp39,7 triliun (2022), Rp81,2 triliun (2023), Rp85,5 triliun (proyeksi 2024).
"Alhamdulillah kemarin saya cek, dari Kementerian Keuangan sudah menerima total penuh dividen di tahun 2023 Rp81,2 triliun. Dan kita kemarin coba cek lagi untuk 2024 ini, di mana dividen akan terjadi di tahun 2025. Kurang lebih proyeksi di Rp85,5 triliun," ujarnya.
Menurut Erick, kenaikan dividen sejalan dengan kenaikan keuntungan secara cash yang diterima BUMN. Tahun lalu, terjadi kenaikan cash meskipun total laba BUMN lebih rendah dibandingkan dengan 2022.
"Laba 2022 lebih tinggi dari 2023 karena ada yang non-cash hasil restrukturisasi Garuda [Indonesia]. Untuk 2023 hasil audit secara cash Rp292 triliun. Artinya, ada kenaikan cukup signifikan, Rp38 triliun lebih kalau kita apple-to-apple secara cash," kata Erick.