Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
potret pembalap Formula 1 di Sirkuit Catalunya (pixabay.com/schuger)
potret pembalap Formula 1 di Sirkuit Catalunya (pixabay.com/schuger)

Jakarta, FORTUNE - Setelah lebih dari tiga dekade absen, benua Afrika bersiap kembali ke kalender balap Formula 1. Maroko resmi mengumumkan proyek ambisius senilai US$1,2 miliar atau sekitar Rp19 triliun di selatan kota pesisir Tangier untuk menjadi tuan rumah Grand Prix dan mengembalikan nama Afrika ke peta F1 dunia.

Proyek raksasa ini mencakup pembangunan sirkuit balap berstandar Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) yang mampu menggelar balapan F1 dan kejuaraan internasional lainnya. Tak hanya itu, kawasan ini juga akan dilengkapi taman hiburan, pusat perbelanjaan, hotel, dan marina yang terintegrasi, menjadikannya destinasi wisata sepanjang tahun, bukan hanya saat musim balap berlangsung.

Melansir Coaches Database pada Kamis (6/5), pembangunan dijadwalkan dimulai pada 2025 dan ditargetkan rampung pada 2027. Pemerintah Maroko memperkirakan proyek ini akan menciptakan sekitar 10.000 lapangan kerja baru dan menjadi penggerak ekonomi lokal

Kembalinya F1 ke Afrika menjadi isu penting bagi penggemar dan para pengambil kebijakan di dunia motorsport. CEO Formula 1 Stefano Domenicali dan mantan kepala tim McLaren dan Lotus, Eric Boullier — yang kini berada di balik proyek Maroko — telah lama menyerukan pentingnya kehadiran F1 di benua Afrika.

Dampak ekonomi dan wisata

Sebelumnya, Afrika Selatan sempat dipertimbangkan menjadi lokasi ajang balap paling prestisius dan bergengsi di dunia tersebt tetapi tersandung kendala birokrasi dan pendanaan. Rwanda pun pernah mengajukan diri, bahkan Presiden Paul Kagame menyampaikan tawaran resmi dalam seremoni penghargaan FIA di Kigali tahun lalu.

Melansir Reuters, Maroko sendiri pernah mencatat sejarah sebagai satu-satunya negara Afrika yang menyelenggarakan Grand Prix resmi pada 1958 di Sirkuit Ain-Diab, Casablanca. Kemudian menjadi tuan rumah grand prix di sirkuit Kyalami Afrika Selatan pada tahun 1993. Kini, lewat proyek baru ini, Maroko ingin menghidupkan kembali semangat itu dalam skala yang jauh lebih besar dan berkelanjutan.

Lebih dari sekadar ajang balap, kehadiran F1 diyakini akan membawa transformasi ekonomi, sosial, dan pariwisata bagi Maroko dan Afrika secara keseluruhan. Dengan lokasi yang strategis di dekat Eropa dan infrastruktur pelabuhan yang berkembang pesat, Maroko berambisi menjadi hub wisata dan inovasi baru di kawasan.

Kembalinya Formula 1 ke Afrika bukan hanya kabar gembira bagi para penggemar kecepatan, tetapi juga momentum penting bagi benua ini untuk bersinar di panggung olahraga dan ekonomi global. Dalam beberapa tahun ke depan, Afrika siap menjadi saksi deru mesin F1 di lintasannya—sebuah era baru yang akan segera dimulai.

Editorial Team