Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Cuplikan trailer film Merah Putih One For All
Ilustrasi film Merah Putih: One For All (youtube.com/CGV Kreasi)

Intinya sih...

  • Film animasi Merah Putih: One For All mengangkat tema persatuan di kalangan anak muda dengan cerita semangat nasionalisme dan kabangsaan.

  • Film Merah Putih: One For All dijadwalkan tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025.

  • Menjelang penanyangannya, film animasi lokal ini banyak menuai polemik terkait kualitas dan produksinya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Film animasi Merah Putih: One For All tengah menyita perhatian publik di media sosial menjelang penayangannya. Tidak sedikit warganet yang mempertanyakan kualitas film yang dinilai jauh dari ekspektasi.

Film animasi ini hadir untuk memeriahkan HUT RI ke-80 dengan mengusung tema nasionalisme. Merah Putih: One For All menceritakan kisah petualangan sekelompok anak dalam menemukan bendera yang hilang menjelang upacara 17 Agustus. Meskipun penuh dengan semangat perjuangan, film ini tidak luput dari reaksi warganet.

Berikut sejumlah fakta kontroversi film Merah Putih: One For All yang menarik untuk diketahui.

1. Mengangkat tema persatuan di kalangan anak muda

Film animasi berdurasi 70 menit ini menyajikan premis cerita semangat nasionalisme dan kabangsaan lewat kisah heroik yang penuh makna. Merah Putih: One For All menceritakan kisah petualangan delapan orang anak dari berbagai latar belakang budaya Indonesia yang berbeda. Mereka tergabung dalam sebuah kelompok yang bernama “Tim Merah Putih”.

Mereka ditugaskan menjaga bendera Merah Putih yang akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus. Namun, bendera tersebut hilang menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Mereka pun bersatu dan bekerja sama untuk mencari bendera pusaka sebelum upacara berlangsung.

Secara keseluruhan, film animasi ini menyajikan pesan persatuan tanpa memandang latar belakang seseorang. Perbedaan tersebut ditampilkan sebagai simbol kekuatan demi mencapai tujuan mulia.

2. Kualitas animasi yang kurang maksimal

Kualitas animasi yang dirasa kurang maksimal menjadi salah satu fakta kontroversi film Merah Putih: One For All yang banyak disoroti publik. Lewat trailer filmnya, tidak sedikit warganet yang mengometrasi kualitas animasinya yang terkesan kaku dan tidak natural.

Banyak yang menilai bahwa eksekusi cerita dan kualitas animasinya kurang maksimal. Alhasil, warganet banyak memberikan kritik pedas pada film animasi Indonesia tersebut. Perbandingan dengan film animasi Jumbo pun tak terhindarkan. Film Jumbo sebelumnya telah memecahkan rekor penonton terbanyak dan banyak menuai pujian dari segi cerita hingga kualitas animasinya.

3. Diproduksi dengan anggaran miliaran rupiah

Kualitas film yang dipertanyakan oleh warganet ini semakin diperkuat dengan biaya produksi yang dikabarkan menghabiskan bujet hingga miliaran rupiah. Film animasi ini kabarnya menelan biaya produk sebesar Rp6,7 miliar. Angka tersebut tergolong cukup besar untuk proyek animasi lokal.

Fakta mengejutkan tersebut banyak memicu sindiran keras di kalangan publik yang mempertanyakan biaya produksi yang tidak sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Beberapa warganet juga mencurigai aset film dibeli di marketplace yang dinilai tidak menggambarkan kearifan lokal Indonesia.

4. Proses produksi yang relatif singkat

Fakta kontroversi film Merah Putih: One For All lainnya yang tidak luput dari sorotan publik adalah waktu produksinya. Pengerjaan film animasi ini dikabarkan dilakukan kurang dari satu bulan. Jika dibandingkan dengan film animasi lainnya, film Jumbo membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk proses pembuatannya. Tidak heran hasil akhirnya begitu mengesankan di kalangan penggemar film. 

Fakta inilah yang ramai diperbincangkan warganet yang menilai pengerjaan film Merah Putih: One For All terburu-buru dan kurang matang. Untuk pengerjaan film animasi Merah Putih: One For All, waktu produksinya relatif sangat singkat sehingga memunculkan diragukan pada hasil akhirnya yang terkesan apa adanya.

5. Debut film animasi produksi Perfiki Kreasindo

Film animasi Indonesia ini diketahui diproduksi oleh Perfiki Kreasindo yang merupakan bagian dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Rumah produksi ini diketahui belum pernah memproduksi film lain sebelumnya sehingga dapat dikatakan bahwa film Merah Putih: One For All sebagai film debutnya di dunia perfilman Tanah Air. 

Film ini disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, yang juga merangkap sebagai penulis skenario. Nama Sonny Pudjisasono dan Endiarto tercatat sebagai produser eksekutif.  

Setelah ramai mendapat kritik, situs perfiki.com terpantau hingga saat ini tidak bisa diakses. Situs resminya memunculkan informasi error 404 saat dicari di internet. Hal ini tentu menyulitkan pengguna internet untuk mengakses informasi mengenai film tersebut.

Demikian beberapa fakta kontroversi film Merah Putih: One For All yang menuai berbagai macam respon dari publik. Film Merah Putih: One For All dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 14 Agustus 2025 menjelang peringatan HUT RI ke-80.

FQA seputar film animasi Indonesia

1. Apakah kualitas film animasi Indonesia setara dengan film luar negeri?

Kualitas animasi Indonesia terus berkembang. Meskipun industri animasi lokal belum sebesar produksi luar negeri, beberapa film animasi Indonesia sudah mendapatkan apresiasi di kancah perfilman internasional.

2. Mengapa jumlah film animasi Indonesia masih sedikit?

Faktor utamanya adalah biaya produksi yang tinggi, keterbatasan sumber daya manusia terampil, dan pasar yang menjadi tantangan bagi dunia film animasi lokal. 

3. Apakah film animasi hanya untuk anak-anak?

Tidak, ada banyak film animasi yang mengangkat tema dan cerita lebih kompleks serta ditujukan untuk penonton remaja dan dewasa.

Editorial Team