Moderna mengatakan sekarang sedang menguji tiga booster yang ada terhadap galur Omicron, serta mengajukan kandidat booster khusus Omicron. “Ini menunjukkan kemampuan untuk memajukan kandidat baru ke pengujian klinis dalam 60 hingga 90 hari," katanya dalam pernyataan yang sama.
Jika Moderna membuat booster vaksin baru secara khusus untuk varian Omicron, diperkirakan akan diluncurkan pada awal 2022 dalam jumlah yang cukup besar. “(Hal) yang luar biasa tentang vaksin mRNA (dan) platform Moderna adalah bahwa kita dapat bergerak sangat cepat,” kata Burton, Minggu (28/11).
Secara teori, vaksin berbasis mRNA—seperti dari BioNTech/Pfizer dan Moderna—dapat dimodifikasi dalam waktu singkat. Wakil presiden dan kepala petugas ilmiah Pfizer, Philip Dormitzer, mengatakan kepada The Atlantic pada Maret lalu bahwa teknologi mRNA menarik, sebab dengan kecepatan dan fleksibilitasnya yang luar biasa. “Anda dapat mengedit mRNA dengan cepat,” ujarnya.
Ketika pandemi COVID-19 dimulai, Pfizer dan BioNTech dapat menyesuaikan program penelitian dan pengembangan flu mereka terhadap virus corona. “Ini adalah kasus para peneliti kami menukar protein flu dengan protein lonjakan virus corona. Ternyata lompatannya tidak terlalu besar,” kata Dormitzer.
Vaksin vektor virus adenovirus seperti dari Johnson & Johnson (J&J) Janssen dan pembuat vaksin Inggris AstraZeneca kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk diperbarui. J&J mengatakan sedang menguji kekuatan vaksinnya terhadap varian baru.
Sementara itu, AstraZeneca menyebut sedang mengumpulkan data di Botswana dan Eswatini untuk lebih memahami jenis baru, dan bagaimana interaksinya dengan vaksin perusahaan.
Pada akhirnya, investor nampaknya lebih percaya kepada pembuat vaksin yang paling banyak digunakan saat ini—terutama yang berbasis mRNA—karena varian Omicron yang baru. Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11), saham BioNTech melonjak 14 persen, sementara saham Pfizer naik 6 persen. Saham Moderna naik hampir 21 persen.