Jakarta, FORTUNE – Guru Besar Institut Pertanian Bogor sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas Santosa, mengatakan bahwa kondisi fluktuasi harga beras saat ini karena dampak dari penurunan produksi beras dalam negeri.
Dia menjelaskan dalam rentang 2015 sampai 2022, produksi padi nasional turun 0,23 persen per tahun.
Misalkan, pada 2014 produksi padi mencapai 56,27 juta ton gabah kering giling/GKG. Memang pada 2018 produksi dalam negeri sempat meningkat menjadi 59,2 juta ton. Sedangkan pada 2022, produksi padi hanya 54,75 ton GKG. Artinya terjadi penurunan produksi padi dalam negeri.
“Penurunan produksi empat tahun terakhir akhirnya berdampak serius pada akhir 2022 sehingga harga beras di konsumen meningkat tajam,” kata dia kepada Fortune Indonesia, Selasa (14/3).
Dia mencatat ada kenaikan harga beras di tingkat petani. Pada Mei 2022 harganya telah mulai naik dari Rp7.630 per kilogram menjadi Rp8.294 per kilogram.