NEWS

24 Negara Larang Ekspor Pangan, Airlangga Waspadai Tekanan Inflasi

Pemerintah masih optimistis inflasi masih sesuai target.

24 Negara Larang Ekspor Pangan, Airlangga Waspadai Tekanan InflasiMenteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Tangkapan layar)
20 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewaspadai lonjakan harga pangan akibat kebijakan larangan ekspor dari sejumlah negara. Pasalnya, kata dia, terdapat 24 negara yang telah memberlakukan kebijakan restriktif untuk mengamankan pasokan di dalam negerinya masing-masing.

"Kita terus pantau 24 negara tersebut dan cari alternatif-alternatif pasar lain," ujarnya saat ditemui di Sentul International Convention Center, Jumat (17/6) pekan lalu.

Menurut Airlangga kebijakan tersebut membuat tekanan inflasi akan semakin tinggi terutama ke dalam negeri. Terlebih, sejumlah bahan pangan strategis Indonesia bergantung pada impor dari negara lain. Beberapa di antaranya adalah daging sapi/kerbau, gula, serta kedelai.

Meski begitu, ia masih optimistis inflasi di Indonesia masih akan tetap terkendali sesuai target, yakni 3 persen ± 1 persen. "(Apakah bisa tembus ke 4 persen) kita akan lihat nanti di akhir tahun," katanya. 

Strategi importasi

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Perekonomian dan Keuangan Kemenko bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan langkah sejumlah negara untuk melarang ekspor telah menyebabkan disrupsi ekonomi yang berdampak pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Demand bergerak cepat, tapi suplai bergerak lambat. Diperparah lagi dengan invasi Rusia ke Ukraina sehingga pasokan terganggu. Tidak tahu ini sampai kapan, " ujarnya. 

Karena itu, menurutnya Indonesia harus menyiapkan strategi jitu dalam importasi komoditas, salah satunya mengurangi tekanan terhadap US$. Pengurangan tekanan US$ juga bisa dilakukan dengan stabilisasi nilai tukar melalui penggunaan local currency settlement (LCS). 

"Berbagai ancaman itu salah satunya bisa ditekan dengan stabilitas nilai tukar dengan menggunakan LCS. Harapan LCS dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perekonomian kita," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Subbidang Kebijakan Distribusi Pangan Deputi II Kemenko Perekonomian, Redy Prasetyo, menyatakan kenaikan inflasi dari harga pangan pada semester II-2022 akan melandai sebab pengaruh kenaikan permintaan terhadap harga akan meredup.

Karena itu, ia optimistis harga pangan yang jadi penyumbang cukup besar terhadap inflasi sepanjang Januari hingga Mei dapat diturunkan. "Jadi, sampai akhir tahun, insya allah masih akan sesuai target," ujarnya.

Related Topics