NEWS

Realisasi Subsidi Energi 2022 Jebol hingga Rp551,2 Triliun

Lonjakan subsidi disebabkan peningkatan harga minyak.

Realisasi Subsidi Energi 2022 Jebol hingga Rp551,2 TriliunMobil mengisi BBM non-subsidi di SPBU. (dok. Pertamina)
04 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Realisasi belanja subsidi dan kompensasi energi sepanjang 2022 mencapai Rp551,2 triliun. Angka tersebut tiga kali lipat dari pagu awal Rp152,5 triliun, dan masih lebih tinggi dari pagu yang sudah sempat ditambahkan menjadi Rp502,4 triliun.

"APBN tetap jadi shock absorber yang luar biasa untuk subsidi dan kompensasi yang merupakan perlindungan terhadap masyarakat kita karena harga minyak melonjak luar biasa tinggi," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Selasa (3/1).

Realisasi subsidi dan kompensasi energi tersebut terdiri atas kompensasi Rp379,3 triliun dan subsidi Rp171,9 triliun.

Menurutnya, penyebab kenaikan itu adalah tingginya harga minyak mentah dunia pada 2022 akibat situasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Harga minyak sempat melonjak menjadi US$126 per barel meski kembali turun menjadi US$80 per barel.

Padahal, dalam asumsi makro APBN tahun lalu, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan US$63 per barel.

"Secara keseluruhan, satu tahun ICP kita di US$97 per barel, jauh lebih tinggi dari US$63 per barel," jelasnya.

Selain ICP, kenaikan harga BBM juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi Rp14.871 per US$—di atas target APBN yang telah direvisi, yakni Rp14.450 per US$, serta volume BBM subsidi yang meningkat dari semula 15,6 juta kilo liter (kl) menjadi 16,5 juta kl.

Subsidi dan kompensasi jaga momentum pemulihan ekonomi

Harga energi, terutama minyak, yang fluktuatif mengharuskan pemerintah meningkatkan subsidi dan kompensasi.

Menurut Sri Mulyani, jika saat itu pemerintah tidak menaikkan subsidi dan kompensasi, harga BBM bisa naik 4 kali lipat dan membebani masyarakat. Hal ini terjadi di Eropa, yang banyak negaranya mengalami pelemahan ekonomi karena harus menanggung tekanan langsung harga komoditas.

"Listrik dan BBM mereka (Uni Eropa) naiknya luar biasa tinggi. Masyarakat kita kemarin untuk Pertalite naiknya hanya 30 persen, dan diesel juga relatif moderat. Ini karena kita tetap melindungi momentum pemulihan. Tapi konsekuensinya subsidi dan kompensasi kita melonjak," katanya.

Realisasi belanja subsidi Rp171,9 triliun meliputi subsidi BBM Rp15,2 triliun, LPG 3 Kg Rp100,4 triliun, dan listrik Rp56,2 triliun. Sedangkan kompensasi yang Rp379,3 triliun meliputi kompensasi BBM kepada PT Pertamina (Persero) sebesar Rp307,2 triliun dan listrik kepada PT PLN (Persero) Rp72,1 triliun.

"Tentu bukan untuk Pertamina dan PLN sendiri, tapi masyarakat dalam bentuk elpiji, Pertalite, diesel, dan semuanya disubsidi," ujar Sri Mulyani.

Related Topics