Jakarta, FORTUNE - Gerhana matahari yang akan terjadi pada 20 April 2023 merupakan fenomena astronomi langka yang patut disaksikan. Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Premana W. Premadi, yang juga Kepala Observatorium Bosscha, mengatakan fenomena serupa baru akan kembali terjadi pada 2042.
"Peristiwa yang jarang dan tentunya Indonesia beruntung sekali bisa mendapatkan gerhana matahari total," ujarnya dalam konferensi pers di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Cikini, Jakarta Pusat.
Secara umum, jelasnya, terdapat beberapa jenis gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari parsial, dan gerhana matahari hibrida. Adapun yang akan terjadi pada 20 April mendatang merupakan gerhana matahari hibrida.
Kondisi tersebut terjadi ketika pada beberapa wilayah Indonesia terjadi gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin. Penampakan bergantung pada lokasi pengamatan. Gerhana matahari hibrida pada 20 April mendatang juga merupakan gerhana ke-52 dari total 80 gerhana dalam kategori siklus soros 129.
Wilayah yang dapat mengamati gerhana matahari cincin meliputi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sentral gerhana matahari hibrid berada di Laut Timor pada 9,6 derajat Lintang Selatan dan 125,8 derajat Bujur Timur.
Sedangkan, wilayah yang mengalami gerhana matahari total berada di Australia Barat di Ningaloo, Taman Nasional Cape Range, Learmonth hingga Exmouth; Timor Leste ada di Viqueque, Uma Uain Leten, Uani Uma, Alawa Craik, Lacoliu, Tirilolo, Lospalos, Fuiloro, Com, Mehara, dan Tutuala.
