GIMNI: Harga Sawit Tinggi Bisa Jadi Racun Bagi Industri

Jakarta, FORTUNE - Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNl), Sahat Sinaga, menyatakan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah telah sedikit mendongkrak harga minyak sawit mentah (CPO) domestik. Namun, kenaikan terlalu tinggi bakal tidak bagus untuk keberlanjutan industri.
“Harga sawit tinggi itu adalah 'racun' bagi persawitan indonesia. Jadi, jangan kita senang harga sawit tinggi,” katanya dalam diskusi bertajuk Dilema Minyak Goreng Sawit: Perspektif Stakeholder, Kamis (28/7).
Tender harga minyak sawit mentah (CPO) pada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) pada Rabu (27/7) naik Rp50 per kilogram menjadi Rp9.425 per kilogram. Pada Selasa lalu, harga per kilogram Rp 9.375.
Racun itu menyasar dua hal. Pertama, aspek produktivitas. Sahat mengatakan harga tinggi akan menyebabkan para petani sawit akan cepat berpuas diri. Sebab, jika harga TBS terlampau tinggi, para petani akan enggan mendongkrak produktivitasnya.
Hal tersebut berbeda dengan perusahaan sawit, yang akan terus mengejar produktivitas dengan Harga Pokok Produksi (HPP) serendah mungkin. “Jadi, para petani tidak mendorong untuk lebih produktif,” ujarnya.