Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Logo GoTo dan Grab. (Fortune Indonesia/Tanayastri Dini)

Intinya sih...

  • Grab sedang mencari pinjaman senilai Rp33,16 triliun untuk rencana akuisisi GoTo di Indonesia.

  • Langkah pertama Grab adalah mendapatkan pinjaman jangka pendek atau bridge loan dari beberapa bank.

  • GoTo belum memberikan komentar mengenai kabar akuisisi ini, dan otoritas persaingan usaha Singapura juga belum menerima pemberitahuan resmi mengenai potensi merger.

Jakarta, FORTUNE - Gelombang spekulasi kembali menerpa lanskap teknologi Asia Tenggara. Raksasa ride-hailing dan pengiriman makanan asal Malaysia, Grab, dikabarkan tengah berupaya mengamankan pinjaman jumbo senilai US$2 miliar atau setara dengan Rp33,16 triliun (kurs saat ini) yang disinyalir kuat untuk mendanai rencana akuisisi terhadap kompetitor utamanya di Indonesia, GoTo.

Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg, yang mengutip sejumlah sumber anonim yang mengetahui perkembangan situasi tersebut.

Menurut laporan tersebut, Grab saat ini sedang dalam tahap pembicaraan awal dengan beberapa bank untuk mendapatkan fasilitas pinjaman jangka pendek atau bridge loan dengan tenor satu tahun. Langkah ini dipandang sebagai upaya cepat Grab mendapatkan pendanaan awal yang dibutuhkan.

Setelah berhasil mengumpulkan dana pinjaman tersebut, Grab dilaporkan tengah mempertimbangkan opsi pendanaan jangka panjang lainnya, seperti penerbitan obligasi atau bahkan pinjaman dengan jaminan saham. Namun, hingga berita ini diturunkan, pihak GoTo memilih tidak memberikan komentar terkait kabar akuisisi ini. Sementara itu, permintaan pernyataan yang diajukan kepada pihak Grab juga belum mendapatkan respons.

GoTo merupakan perusahaan induk dari dua entitas teknologi besar di Indonesia, yaitu Gojek, yang bergerak pada bidang transportasi berbasis aplikasi dan pengantaran makanan, serta Tokopedia, platform e-commerce. Kedua perusahaan ini melakukan merger dan kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia. Namun, pada awal 2024, GoTo melepas kepemilikan mayoritasnya di Tokopedia kepada platform video singkat populer, TikTok.

Grab memiliki jejak operasional yang luas di seluruh wilayah Asia Tenggara dan sahamnya diperdagangkan di bursa saham Amerika Serikat. Menariknya, salah satu pemegang saham Grab adalah Uber, yang sebelumnya menarik diri dari pasar Asia Tenggara setelah menjual bisnisnya kepada Grab.

Isu mengenai potensi merger antara Grab dan GoTo bukan hal baru. Rumor serupa telah berulang kali mencuat, terutama sejak Gojek dikabarkan berencana menggelar IPO. Reuters pernah melaporkan salah satu kendala utama dalam mewujudkan merger antara kedua perusahaan tersebut adalah potensi pelanggaran regulasi anti-monopoli di berbagai negara tempat mereka beroperasi.

Kabar terbaru bahkan menyebutkan GoTo akan segera bergabung dengan Grab Holdings Ltd. pada 2025, dengan nilai akuisisi yang diperkirakan mencapai US$7 miliar. Namun, informasi ini masih bersifat spekulatif dan belum mendapatkan konfirmasi resmi dari pihak terkait.

Menanggapi berbagai pemberitaan yang beredar, Sekretaris Perusahaan GOTO, R. A. Koesoemohadiani, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 4 Februari 2025, menegaskan perusahaan tidak memiliki kesepakatan dengan pihak mana pun terkait rencana merger seperti yang diberitakan.

"GOTO mencatat bahwa berita serupa juga pernah beredar dari waktu ke waktu dalam beberapa tahun terakhir, dan berita-berita tersebut hanya didasarkan pada spekulasi," ujarnya.

Otoritas persaingan usaha Singapura juga menyatakan hingga saat ini mereka belum menerima pemberitahuan resmi mengenai potensi merger, baik dari Grab maupun GoTo.

Editorial Team