Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) tengah menanggung beban berat akibat tren kenaikan harga minyak dunia saat ini. Pemerintah meminta BUMN minyak dan gas (migas) itu untuk tidak menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri meski harga pasar internasional tengah melonjak.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Soerjaningsih. Menurut dia, kenaikan harga BBM tidak memungkinkan lantaran daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.
“Ini agar tidak terjadi keresahan di masyarakat karena kenaikan harga yang cukup tinggi. Pertamina sebagai BUMN diharapkan tetap men-support kelancaran penyediaan dan pendistribusian BBM yang terjangkau,” kata Soerjaningsih dalam konferensi pers terkait pembaruan Kebijakan dan Capaian Kinerja Sektor ESDM Triwulan III-2021 secara daring, Senin (25/10).
Harga minyak dunia saat ini memang melonjak tajam. Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak versi Brent telah mencapai US$85,4 per barel, atau naik 107,4 persen secara tahunan. Bahkan, harga ini juga lebih tinggi dari asumsi makro harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$45 per barel versi pemerintah dalam APBN 2021.
Harga keekonomian BBM jenis Pertalite kini sudah di atas Rp11.000 per liter. Akan tetapi, Pertamina masih menjual secara luas pada level Rp7.650 per liter. Demikian juga untuk bensin berjenis Premium yang masih dijual Rp6.450 per liter. Padahal, harga keekonomiannya Rp9.000 per liter.
Menurut Soerjaningsih, pemerintah berencana memberikan kompensasi demi mengurangi beban Pertamina atas selisih harga tersebut. Namun, kompensasi itu hanya diberikan untuk jenis BBM Premium (karena merupakan penugasan dari pemerintah). Di luar itu, pemerintah juga memberikan subsidi untuk BBM solar.
Sementara untuk Pertalite (dan juga jenis BBM seperti Pertamax), karena bukan merupakan penugasan maupun subsidi, Pertamina takkan mendapatkan kompensasi apa pun dari pemerintah. Ini artinya Pertamina bakal terus menanggung selisih harga BBM jenis tersebut sejalan tren kenaikan harga minyak dunia.
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, hanya berkomentar secukupnya ketika dikonfirmasi soal tren harga minyak dunia termasuk perkiraan sampai seberapa besar Pertamina sanggup menanggung selisih dengan BBM dalam negeri. “Kami terus memonitor tren yang terjadi seiring dengan kenaikan aktivitas masyarakat di indonesia dan dunia,” katanya kepada Fortune Indonesia, Senin (26/10).