Jakarta, FORTUNE - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mencatat harga pangan dunia terus berada dalam tren peningkatan bahkan mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan harga pangan dunia ini dikhawatirkan berdampak ke Indonesia.
Berdasarkan data FAO, indeks harga pangan dunia sepanjang September mencapai 130,0 poin. Posisi harga tersebut artinya telah meningkat 1,2 persen dari bulan sebelumnya. Bahkan, jika dibandingkan periode yang sama 2020, harga melesat 32,8 persen.
“Kenaikan terakhir indeks harga pangan sebagian besar didorong oleh harga yang lebih tinggi pada komoditas sereal dan minyak nabati. Harga susu dan gula juga menguat, sedangkan harga daging relatif stabil,” demikian FAO dalam keterangan resmi dikutip pada Kamis (7/10).
Harga sereal, misalnya, naik 27,3 persen terutama akibat peningkatan harga gandum. Peningkatan harga komoditas ini terjadi lantaran keterbatasan pasokan ekspor di tengah pulihnya permintaan di level internasional.
Sedangkan, harga minyak nabati menguat didorong oleh kenaikan harga minyak sawit. Harga susu juga tumbuh dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan internasional. Sementara, lonjakan harga gula disebabkan penurunan produksi Brasil, negara penghasil gula terbesar dunia.
Menurut FAO, indeks harga pangan dunia saat ini merupakan level tertinggi setidaknya sejak 2011. Reli kenaikan harga pangan ini sudah terjadi sejak September 2020 dengan posisi indeks yang baru mencapai 97,9.