Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan RI telah resmi menunjuk Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia sebagai penyelenggara Bursa Sawit Indonesia.

Head of Corporate Communication ICDX Group, Giri Hatmoko, mengonfirmasi persetujuan sebagai penyelenggara pasar fisik minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dari Bappebti. 

"ICDX berkomitmen penuh untuk menjalankan tugas sebagai penyelenggara pasar fisik CPO di bursa dari pemerintah,” kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (11/10).

ICDX telah menerima persetujuan sebagai Penyelenggara Pasar Fisik CPO dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Persetujuan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bappebti No 1/Bappebti/SC-SCPO/10/2023, yang dikeluarkan pada Senin, 9 Oktober 2023.

Giri mengatakan pihaknya akan menyampaikan hal-hal teknis terkait mekanisme perdagangan dan lain-lain, pada saat peluncuran Bursa CPO Indonesia bersama dengan Kementerian Perdagangan dan Bappebti.

Bursa sawit itu dirancang sebagai acuan harga CPO Indonesia, tapi yang dikhususkan untuk ekspor. Dengan begitu, para pihak yang akan melakukan ekspor produk sawit harus melalui bursa.

<p><strong>Sudah mundur dari target</strong></p>

Pembentukan bursa sawit Indonesia ini sebetulnya sudah beberapa kali mundur. Sebelumnya, Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko menargetkan bursa tersebut akan terealisasi pada awal Juni 2023. 

“Karena saya janji Juni (ternyata) lewat. Juli lewat. Kami ingin sesuai dengan perintah Pak Menteri terakhir, 'Tolong sangat hati-hati'. Bukan berarti berhenti, tapi sangat hati-hati," kata Didid dalam konferensi pers Bappebti, Kamis (3/8).

Didid menjelaskan tujuan utama pembentukan bursa CPO adalah agar Indonesia memiliki harga acuan CPO sendiri. Apalagi Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia.

Ia berharap keberadaan harga acuan tersebut dapat digunakan untuk menentukan Harga Patokan Ekspor (HPE) dan bea keluar serta mengatur hingga harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

<p><strong>Jadi produsen terbesar di dunia</strong></p>

Editorial Team

Tonton lebih seru di