Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Kontes pada gelaran Festival Solo Indah 2023 tersebut sebagai ajang apresiasi bagi komunitas sepeda motor untuk menunjukkan karya dan kreativitas mereka di bidang otomotif. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah.

Intinya sih...

  • Tarif tinggi Trump mengancam industri komponen otomotif Indonesia.

  • GIAMM usulkan pendekatan timbal balik dan penguatan hambatan non-tarif.

  • Banjir produk Cina mengancam, Indonesia perlu menjaga keberlanjutan industri nasional.

Jakarta, FORTUNE - Kebijakan tarif tinggi yang kembali diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kenaikan tarif impor sebesar 32 persen untuk produk otomotif asal Indonesia berpotensi besar memukul industri komponen dalam negeri.

Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyuarakan kekhawatirannya terhadap langkah proteksionis terbaru dari Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki, menyatakan saat ini ekspor komponen otomotif Indonesia ke AS menduduki posisi kedua terbesar setelah Jepang. Pemberlakuan tarif baru yang cukup tinggi ini dikhawatirkan akan menggerus keunggulan daya saing produk Indonesia.

“Ini tentu berdampak besar bagi industri kita, karena sebelumnya tarif masuk ke AS relatif kecil. Sementara produk Amerika yang masuk ke Indonesia dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi,” kata Basuki dalam keterangan resminya, dikutip Senin (7/4).

Presiden Trump mengumumkan tarif tambahan terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, pada Rabu (2/4) sebagai bagian dari kebijakan dagang "America First".

Indonesia masuk dalam daftar delapan negara yang paling terdampak kenaikan tarif ini, bersama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia (24 persen), Kamboja (49 persen), Vietnam (46 persen), dan Thailand (36 persen).

Usulan pelaku usaha kepada pemerintah

Menyikapi kondisi ini, GIAMM mendesak pemerintah Indonesia segera mengambil langkah strategis. Salah satu solusi jangka pendek yang diusulkan adalah penerapan kebijakan tarif timbal balik.

“Kalau mereka kenakan tarif tinggi, kita pun perlu menyesuaikan. Tarif dibalas tarif. Tapi juga jangan lupa opsi lain seperti menurunkan tarif untuk produk AS agar terjadi keseimbangan,” kata Basuki.

Namun, tantangan tidak hanya datang dari sisi ekspor. Basuki juga mengingatkan potensi masuknya produk komponen otomotif murah asal Cina ke pasar domestik Indonesia akibat ketegangan dagang antara AS dan Cina.

“Produk-produk murah, khususnya untuk kebutuhan aftermarket, berisiko mereduksi daya saing produk lokal Indonesia,” ujarnya.

Sebagai langkah perlindungan jangka menengah hingga panjang, GIAMM mendorong pemerintah untuk memperkuat hambatan non-tarif. Kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dinilai sebagai instrumen penting untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan industri nasional.

“Kami percaya kebijakan ini bisa menjadi salah satu cara untuk melindungi industri nasional dari serbuan barang impor yang tidak kompetitif,” katanya.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, GIAMM tetap memiliki harapan terhadap pasar Amerika Serikat. Selama tarif yang dikenakan terhadap Cina masih lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, peluang pasar untuk komponen dalam negeri masih terbuka lebar.

"Selama tarif yang dikenakan terhadap Cina tidak lebih rendah dari kita, produsen dalam negeri masih punya peluang untuk bersaing," ujarnya.

 

Editorial Team