Jakarta, FORTUNE - Setelah mengalami kontraksi pada Juli 2021 akibat pengetatan pembatasan sosial, industri manufaktur atau pengolahan Indonesia kembali mencetak kinerja positif sepanjang Agustus. Industri manufaktur saat ini mulai kembali ke tahap ekspansif terindikasi dari kenaikan nilai impor bahan baku/penolong dan barang modal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia sepanjang Agustus mencapai US$16,88 miliar, atau tumbuh 10,35 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan (year-on-year/yoy), impor pada bulan lalu juga meningkat signifikan hingga 55,26 persen.
Pertumbuhan positif nilai impor pada Agustus itu terjadi setelah terjadi koreksi pada Juli. Berdasarkan data BPS, nilai impor Juli terkontraksi 12,22 persen menjadi US$15,11 miliar.
Jika dibedah lebih dalam, pada bulan lalu hampir semua komponen impor bertumbuh. Menurut BPS, impor barang modal tumbuh signifikan mencapai 16,44 persen secara bulanan. Setelahnya, impor barang konsumsi juga meningkat 16,34 persen dan bahan baku 8,39 persen.
“Impor Agustus ini menggambarkan terjadinya kebutuhan industri yang semakin bagus. Impor bahan baku meningkat menandakan permintaan sektor industri dan juga barang modal menggambarkan kebutuhan peningkatan kapasitas produksi,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, dalam konferensi pers secara daring, Rabu (15/9).
Sebagai catatan, naik turunnya impor bahan baku maupun barang modal selama ini menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tren pembuatan barang jadi pada industri manufaktur. Jika nilai kedua komponen impor tersebut naik, diperkirakan kinerja industri pengolahan sedang meningkat.
Jika dilihat dalam jangka panjang, nilai impor bahan baku/penolong pada Januari-Agustus mencapai US$92,88 miliar, atau meningkat 36,84 persen secara tahunan. Kemudian, impor barang konsumsi juga naik 29,79 persen dan barang modal 19,60 persen.