Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
antarafoto-raker-komisi-ix-dpr-dengan-menteri-kesehatan-1746757143.jpg
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Rapat tersebut beragendakan pembahasan isu-isu krusial di sektor kesehatan, permasalahan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan persiapan penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji tahun 2025. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Intinya sih...

  • Indonesia menjadi bagian uji klinis vaksin TBC yang didukung oleh Bill Gates lewat Gates Foundation

  • TBC menjadi penyakit menular nomor satu di Indonesia, lebih mematikan dari COVID-19

  • Vaksin TBC dikembangkan dengan sasaran negara berkembang di Amerika Latin, Asia, dan Afrika

Jakarta, FORTUNE - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan alasan Indonesia menjadi salah satu dari beberapa negara yang terlibat dalam uji klinis tahap ketiga vaksin tuberkulosis (TBC) yang didukung oleh Bill Gates lewat Gates Foundation.

Dia menyatakan hal ini dilandasi kebutuhan mendesak menghadirkan vaksin yang selama ini absen dari daftar solusi penyakit paling mematikan di Tanah Air.

Ia mengingatkan bagaimana penyakit menular seperti cacar dan COVID-19 bisa ditekan hanya karena keberadaan vaksin.

“COVID berhenti kenapa? Vaksin. Karena vaksin,” ujarnya kepada pers di Jakarta, Kamis (8/5).

Budi menekankan vaksin merupakan satu-satunya jalan melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular yang masif.

Yang menjadi sorotan, kata Budi, adalah fakta bahwa TBC kini menjadi penyakit menular pembunuh nomor satu di Indonesia, bahkan lebih mematikan dari COVID-19. Setiap tahun, lebih dari 100.000 orang meninggal akibat TBC.

“Ini lebih banyak dari COVID kalau dijumlah dalam lima tahun terakhir,” katanya.

Berdasarkan Global TB Report 2023, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina.

Jumlah kasus TBC di negeri ini diperkirakan mencapai 1.060.000 dengan 134.000 kematian per tahun. Sebagai upaya penanggulangan TBC, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC.

Namun, tidak seperti COVID, TBC tidak memiliki vaksin yang memadai karena selama ini dianggap hanya menyerang negara-negara miskin. Negara maju, menurut Budi, enggan mengembangkan vaksin untuk penyakit yang tidak menyentuh warganya.

TBC menyerang negara-negara berkembang

Berangkat dari keprihatinan ini, Gates Foundation hadir sebagai inisiator untuk mendanai pengembangan vaksin TBC yang kini telah mencapai tahap uji klinis level ketiga. Vaksin tersebut dikembangkan dengan sasaran utama negara-negara berkembang di Amerika Latin, Asia, dan Afrika—wilayah yang selama ini menanggung beban tertinggi dari TBC.

Indonesia dipilih sebagai salah satu lokasi uji coba karena pertimbangan ilmiah dan strategis. Uji klinis ini, menurut Budi, penting untuk memastikan efektivitas dan keamanan vaksin pada populasi lokal.

"Kita bisa tahu lebih dulu kecocokannya dengan orang kita. Karena itu tergantung genetiknya juga,” katanya.

Selain itu, partisipasi dalam uji klinis ini membuka akses langsung terhadap teknologi dan pengetahuan terbaru mengenai vaksin, yang dapat dimanfaatkan oleh para ilmuwan Indonesia.

Budi menyatakan kerja sama ini melibatkan generasi ilmuwan lintas usia dan pengalaman, dari berbagai institusi riset dan universitas ternama seperti Universitas Indonesia dan Univesitas Padjajaran.

Selain itu, dengan menjadi bagian dari proses pengembangan, Indonesia berkesempatan menegosiasikan hak produksi lebih awal dari vaksin jenis ini.

“Nanti kalau ini sudah jadi, kita bisa lakukan produksinya lebih cepat di Bio Farma,” ujarnya.

Saat ini, proses uji klinis telah berjalan sekitar enam bulan dan dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Budi menegaskan proses ini telah dimulai jauh sebelum publikasi resmi dan tengah berjalan sesuai rencana. Nantinya, hasil sementara atau interim report dijadwalkan akan keluar pada 2026.

Laporan tersebut akan menjadi dasar dikeluarkannya izin penggunaan darurat atau emergency use authorization atau EUA penggunaan vaksin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Budi menekankan skema pengujian vaksin ini mirip seperti saat Indonesia menjalani uji klinis vaksin COVID-19. Ketika hasil sementara menunjukkan tanda-tanda positif, maka produksi dan distribusi bisa segera direncanakan untuk mempercepat perlindungan kepada masyarakat.

Jenis vaksin dan nilai pendanaan

Uji klinis vaksin tuberkulosis M72/AS01E yang didukung oleh Gates Foundation resmi dimulai sejak Maret 2024, dengan Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang terlibat dalam tahapan penting ini.

Di Tanah Air, sekitar 2.000 peserta ambil bagian dalam uji coba ini, yang merupakan bagian dari total 20.000 partisipan di seluruh dunia.

Selain Indonesia, empat negara lain yang turut serta dalam uji klinis fase tiga ini adalah Afrika Selatan, Kenya, Malawi, dan Zambia. Keterlibatan lima negara ini menandai upaya kolaboratif global dalam mencari solusi terhadap TBC, penyakit menular yang masih menjadi penyebab kematian utama di banyak negara berkembang.

Mengacu pada informasi dari situs resmi Gates Foundation, uji klinis tahap ketiga vaksin TBC M72/AS01E ini diperkirakan memerlukan dana US$550 juta. Dari jumlah tersebut, lembaga filantropi asal Australia, Wellcome, berkomitmen menyumbang hingga US$150 juta, sementara sisanya—sekitar US$400 juta—akan ditanggung oleh Gates Foundation.

Vaksin M72/AS01E sendiri sebelumnya telah dikembangkan oleh GlaxoSmithKline Biologicals SA (GSK), dengan menggunakan platform protein fusi rekombinan. Vaksin ini mengandung antigen M72 dan adjuvan AS01E-4, yang dirancang memicu respons imun yang lebih kuat dan tahan lama terhadap bakteri penyebab tuberkulosis.

Pada 8 Mei, Bill Gates menyatakan bahwa dalam 20 tahun ke depan, yayasannya akan memfokuskan diri sepenuhnya pada misi penyelamatan dan peningkatan kualitas hidup di seluruh dunia. Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang tersebut, Gates Foundation telah merencanakan alokasi dana hingga US$200 miliar. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa pada 31 Desember 2045, yayasan ini akan ditutup secara permanen.

 

 

 

 

Editorial Team