Jakarta, FORTUNE - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkomunikasi dengan perwakilan Sri Lanka dalam pertemuan bilateral di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-76 di New York. Dalam pertemuan itu, Retno mengungkapkan, telah meminta negara tetangga India itu membuka kembali pintu masuk bagi komoditas sawit Indonesia.
“Secara khusus, saya meminta atau mengharapkan agar Pemerintah Sri Lanka meninjau kembali atau menghapus kebijakan yang menghambat ekspor sawit Indonesia ke Sri Lanka,” kata Retno seperti dikutip dari laman resmi, Senin (27/9).
Dia menyebut telah sepakat untuk mengintensifkan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Sri Lanka guna menyelesaikan isu sawit tersebut. Selain itu, ia menyampaikan kepada Pakistan, Sri Lanka, Iran dan Mozambique agar perjanjian perdagangan seperti Preferential Trade Agreement (PTA) segera diselesaikan.
Sebelumnya, Sri Lanka resmi melarang ekspor sawit dari Indonesia dan Malaysia. Kebijakan itu diterapkan untuk membebaskan negara dari perkebunan dan konsumsi kelapa sawit.
Eskpor minyak sawit dan turunannya dari Indonesia ke Sri Lanka tercatat meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Volume ekspor masih berada di kisaran 9.641 ton pada 2017 dan bertambah menjadi 76.435 ton pada 2019. Ekspor minyak sawit sempat terkoreksi selama pandemi pada 2020 menjadi hanya 54.407 ton menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam sela-sela rangkaian agenda Sidang PBB, Retno juga melakukan pertemuan dengan 18 perwakilan berbagai negara dan organisasi yang berlangsung pada 23-24 September 2021. Misalnya saja dengan Komisaris Tinggi UNHCR, Sekjen Liga Arab, CEO US ASEAN Business Council, Menlu Sri Lanka, serta Menlu Jepang.
Kemudian Menteri Negara Luar Negeri Inggris, Lord Ahmad of Wimbledon, Menlu Pakistan, Menlu Serbia, Menlu Iran, Sekjen PBB, PM Belanda, Menlu Perancis, US Under Secretary for Political Affair, Menlu Mauritania, Menlu Thailand dan Utusan Khusus AS untuk Afghanistan.