Inflasi AS Capai 8,5%, Ini Dampaknya ke Ekonomi Indonesia

Jakarta, FORTUNE - Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mengumumkan indeks harga konsumen Maret 2022 melonjak 8,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) terbesar sejak Desember 1981.
Pada saat bersamaan, laporan pemerintah juga menunjukkan bahwa inflasi AS naik 1,2 persen secara bulanan atau dari Februari ke Maret. Kenaikan itu lebih tinggi dibandingkan Januari ke Februari yang hanya 0,8 persen.
Sementara secara tahunan, inflasi AS telah melonjak dengan laju tercepat dalam lebih dari 40 tahun terakhir akibat kenaikan harga makanan, bensin, perumahan dan kebutuhan lainnya.
Mahalnya harga-harga tersebut didorong oleh rantai pasokan yang terhambat, permintaan konsumen yang kuat, dan gangguan terhadap sektor pangan global dan pasar energi yang diperburuk oleh perang Rusia melawan Ukraina.
Angka inflasi Maret juga untuk pertama kalinya menangkap lonjakan penuh harga bensin setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Menurut AAA, harga rata-rata satu galon bensin—sebesar US$4,10—telah naik 43 persen dari tahun lalu, meskipun telah turun kembali dalam beberapa minggu terakhir.
Kenaikan harga energi telah menyebabkan biaya transportasi yang lebih tinggi untuk pengiriman barang dan komponen di seluruh perekonomian, yang, pada gilirannya, berkontribusi pada harga yang lebih tinggi bagi konsumen.