Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-11-05 at 3.21.57 PM.jpeg
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya sedang memberikan arahaan kepada Kepala Daerah di acara Kursus Pemantapan Pimpinan Daerah (KPPD) (Puspen Kemendagri)

Intinya sih...

  • Inflasi RI pada Oktober 2025 sebesar 2,86%, menempati peringkat ke-88 dari 168 negara di dunia.

  • Faktor global seperti shutdown AS dan kondisi ekonomi Cina mempengaruhi inflasi Indonesia.

  • Harga emas internasional yang terus melonjak berdampak langsung pada inflasi emas perhiasan dalam negeri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta,FORTUNE – Wakil II Menteri Dalam Negeri RI, Bima Arya Sugiarto mengungkapkan bahwa inflasi tahunan Indonesia pada Oktober 2025 yang sebesar 2,86 persen berada di urutan 88 terendah di dunia. 

Bima menyatakan, inflasi terendah dialami oleh negara Palestina yang mengalami deflasi -17,08 persen dan Niger deflasi -10,1 persen. Sedangkan, untuk inflasi tertinggi atau hiperinflasi dialami oleh Venezuela sebesar 172 persen dan Sudan Selatan sebesar 113 persen.

“Angka inflasi kita 2,86 persen, kalau dari konteks global, Indonesia menempati peringkat ke 88 dari 168 negara di dunia. Inflasi kita ini tentu tidak terlepas juga dari dampak global, selain tentunya dari faktor-faktor ekonomi domestik pemerintah daerah,” kata Bima saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 di Jakarta, Senin (17/11).

Shutdown AS hingga harga emas pengaruhi inflasi RI

Bendera Amerika Serikat dan China melambangkan ketegangan perang dagang antara kedua negara. (Foto: Pexels/Karola G) )

Bima menambahkan, faktor global yang mempengaruhi inflasi ialah penutupan pemerintahan federal AS atau shutdown selama 43 hari yang mempengaruhi perdagangan global. Selain itu, kondisi ekonomi Cina yang mengalami deflasi hingga krisis properti juga diprediksi mengganggu pasokan barang di berbagai dunia termasuk Indonesia.

“Apa yang terjadi di Amerika tentu menyebabkan fenomena global naiknya angka inflasi di banyak negara,” kata Bima.

Dari dalam negeri, berbagai komoditas penyumbang inflasi bulanan, andil utamanya berasal dari emas perhiasan, kemudian cabai merah, telur ayam ras, hingga daging ayam ras. Dengan demikian, dibutuhkan langkah cepat dan terukur dari sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk mengendalikan inflasi.

"Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,21 persen," kata Bima.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengonfirmasi bahwa harga emas internasional memang terus melonjak pada Oktober hingga November 2025.

"Harga emas di pasar internasional mengalami tren kenaikan yang terus-menerus, dan bahkan di bulan November ini, Oktober terutama dan November, harga emas tertinggi dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya," kata Amalia.

Kenaikan harga emas internasional ini juga berdampak langsung ke harga emas perhiasan dalam negeri. BPS mencatat inflasi emas perhiasan Oktober 2025 mencapai 52,76 persen secara year-on-year, menjadikannya penyumbang inflasi terbesar bulan tersebut.

Editorial Team