Bendera Amerika Serikat dan China melambangkan ketegangan perang dagang antara kedua negara. (Foto: Pexels/Karola G) )
Bima menambahkan, faktor global yang mempengaruhi inflasi ialah penutupan pemerintahan federal AS atau shutdown selama 43 hari yang mempengaruhi perdagangan global. Selain itu, kondisi ekonomi Cina yang mengalami deflasi hingga krisis properti juga diprediksi mengganggu pasokan barang di berbagai dunia termasuk Indonesia.
“Apa yang terjadi di Amerika tentu menyebabkan fenomena global naiknya angka inflasi di banyak negara,” kata Bima.
Dari dalam negeri, berbagai komoditas penyumbang inflasi bulanan, andil utamanya berasal dari emas perhiasan, kemudian cabai merah, telur ayam ras, hingga daging ayam ras. Dengan demikian, dibutuhkan langkah cepat dan terukur dari sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk mengendalikan inflasi.
"Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,21 persen," kata Bima.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengonfirmasi bahwa harga emas internasional memang terus melonjak pada Oktober hingga November 2025.
"Harga emas di pasar internasional mengalami tren kenaikan yang terus-menerus, dan bahkan di bulan November ini, Oktober terutama dan November, harga emas tertinggi dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya," kata Amalia.
Kenaikan harga emas internasional ini juga berdampak langsung ke harga emas perhiasan dalam negeri. BPS mencatat inflasi emas perhiasan Oktober 2025 mencapai 52,76 persen secara year-on-year, menjadikannya penyumbang inflasi terbesar bulan tersebut.